Friday, December 13, 2013

Bekerja Atau Berpura-Pura Sibuk?

Back to busy...back to work.
Tak perlu berpura-pura sibuk.

Orang dinilai dari karya yang dituntaskan dan bagaimana ia mengerjakannya.

Bukan dari seberapa lama ia duduk di balik meja kerja, atau seberapa banyak pertemuan yang diikutinya, atau seberapa padat jadwal waktunya. Sungguh jauh berbeda pengertian sibuk dengan bekerja.

Pekerjaan terkadang menuntutmu untuk sibuk. Namun, sibuk tidak selalu berarti bekerja. Berperilaku sibuk lebih mudah dilakukan ketimbang bekerja.

Apakah kamu sibuk agar tampak bekerja?

Thursday, December 12, 2013

It's a Good Day to Have a Good Day

Have a nice day... 
Pagi ini aku banyak berpikir, nggak seperti biasanya. Biasanya mikir sih tapi nggak segitunya. Kali ini tentang bagaimana sebenernya kita memulai hari dengan bener biar bisa seperti yang biasa kita sampaikan ke orang lain “have a nice day ya..” atau “have a great day..”. Yah, biar nggak sekedar ucapan maka harus ada triknya kan ya atau langkah yang harus dilakuin biar minimal hari kita bisa berjalan lancar dan “it’s a beautiful day, ever..”

Hari yang cerah bukan ditandai dengan matahari yang bersinar terang atau udara yang sejuk, melainkan dari hati dan pikiran yang segar. Kecerahan suatu hari dimulai dari dirimu sendiri. Kita tahu bahwa sesuatu yang dimulai dengan baik merupakan separuh dari pencapaian tujuan. Karena itu, memulai aktivitas hari ini dengan kecerahan suasana adalah modal besar untuk menyelesaikan hari dengan baik pula. Bagaimana memulai hari dengan cerah sangat dipengaruhi oleh pola hidup kita. Berikut beberapa tips ringan yang semoga bisa membantu buat memulai hari-hari kita dengan cerah.

Saturday, November 30, 2013

Absurditas Dua Sisi Kehidupan

Gambarnya nggak absurd kok, baca aja isinya...

Hari ini aku kembali tersentil dengan dua sisi kehidupan. Dua sisi kehidupan yang lama tak disadari dan kemudian mencoba menunjukkan eksistensinya ke permukaan. Dua sisi kehidupan yang berjalan beriringan dan seringnya timbul tenggelam beriringan pula. Terkadang satu sisi lebih eksis dan terkadang sisi satunya mencolok signifikan.

Dan hari ini dua sisi kehidupan itu muncul dan ingin eksis bersamaan. Fase yang sangat sangat membuat rasa dan asa seolah dipermainkan, diangkat kemudian dibanting dan pecah berkeping-keping. Aku sadar masih cukup lemah untuk dihadapkan pada fase ini. Entahlah, entah lemah atau aku yang belum siap.

Wednesday, November 13, 2013

Renungan tentang Kematian

Daun yang gugur tak pernah membenci angin 
Satu daun gugur dari pohon kehidupan.
Daun yang begitu hijau dan segar, dia jatuh tanpa angin yang meniupnya.
Perjalanannya di tangkai-tangkai dunia begitu sementara.
Siapa yang tahu, akan secepat ini…

Tuesday, November 12, 2013

Masalah dan Analogi Segelas Air

image: ryandutka.com
Nah ini ada cerita yang menurut saya asosiasinya oke untuk terus-terus diingat ketika lagi berhadapan dengan masalah. Semoga kamu dapat deep-insight...

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stres, Steven Covey, pakar Leadership-7 Habits, mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: seberapa berat menurut Anda segelas air ini?

Benarkah Cinta adalah Sebuah Proses?

image: writingthroughthefog.com
Cinta adalah proses...

Wednesday, September 25, 2013

Pantai Jungwok: Paduan Nama Asing, Pasir Kasar dan Perairan Dangkal

Pasir Pantai Jungwok
Mencari pantai-pantai yang nggak mainstream di Jogja adalah hobi kami berdua kalo lagi traveling bareng, tentunya di Jogja. Nggak tau kenapa ya, rasanya kalo ngerasain dateng ke pantai yang masih perawan, belum tersentuh modal-modal, masih terpampang dengan segala pesona kealamiannya itu menyenangkan dan luar biasa. Ada semacam kepuasan pribadi gitu daripada dateng ke pantai yang udah banyak warung di sana-sini, toilet berjajar, tempat parkir banyak dan intinya udah serba gampang gitu.

Pantai satu ini sebenernya udah lama gue caritau infonya tapi baru awal September lalu bisa tereksekusi. Namanya unik, Jungwok, tak seperti kebanyakan nama pantai di selatan Jogja lainnya yang kebanyakan kejawa-jawaan gitu namanya. Nama Jungwok ini kesannya kayak kata serapan dari istilah asing gitu nggak sih? Korea-korea gitu kali ya? Sayangnya gue kurang referensi buat nulis travelpost ini, jadi agak ngasal aja dan jangan percaya sama gue seratus persen ya. Mungkin aja menyesatkan, hahaha menyesatkan ke jalan yang benar. Kalo pengen tau sejarah asal muasal nama Pantai Jungwok ini, coba search aja ya di google, kali aja ada.

Tuesday, September 24, 2013

Gembira Loka “Not Secret” Zoo: Kebun Binatang Punya Jogja

Welcome to GL Zoo!
Saat pergi ke suatu tempat atau kota, paling nggak kepikiran di benak gue adalah ngunjungin kebun binatangnya. Nggak tau kenapa ya, nggak minat gitu sama yang namanya kebun binatang. Dari namanya aja kok rada nggak masuk akal gitu, pikir gue. Kebun binatang, itu tuh absurd nggak sih? Kebun ya kebun gitu aja sih, isinya ya tumbuhan, taneman, bunga-bunga, pohon-pohon, sayur-sayuran, buah-buahan dekaka. Lah ini, kebun binatang. Jadi, kebunnya binatang apa kebun yang isinya binatang? Ah sabodo deh. Sering gue mikir gitu, makanya nggak tertarik sama kebun binatang. Tempatnya pasti absurd, gitu.

Percaya atau nggak, ternyata selama ini mindset gue salah lagi. Kebun binatang atau istilah kerennya “zoo” gitu jauh dari ekspektasi gue selama ini. Apalagi setelah si pacar ngajakin berkunjung ke Gembira Loka, kebun binatang di Jogja. Ternyata tempatnya nggak seabsurd di pikiran gue. Di sana juga banyak pohon, hijau-hijau-hijau dan hijau. Tempatnya juga nggak kaku atau terlalu njelimet. Dari pantauan mata gue sih, Gembira Loka ini tampilannya sederhana, green dan usefull. Yang jelas, nggak ada binatang yang gue lihat merasa terkungkung gitu.

Tamansari: The Mainstream but Epic Tourism Destination in Jogja

Tamansari, Jogjakarta
Bingung gue, serius gue bingung mau ngawalin travelpost ini kayak gimana. Mmm…pas sih sama persis kayak waktu itu mau berkunjung ke tempat yang mau gue review ini. Persis bingungnya. Iya, bener. Berawal dari kebingungan mau berkunjung ke mana lagi setelah hari sebelumnya juga udah cukup jauh ngebolang sampai ke selatan Jogja sana. Kemudian selanjutnya pun pada akhirnya, kepikiran juga di kepala.

“Gimana kalo ke Tamansari, kan nggak jauh-jauh amat tuh masih dalem kota?”, usulku saat masih di rumah Ciwul.

“Boleh juga, capek juga kalo mau caw jauh lagi,” si partner menimpali.

“Oke, jadi fix ya nanti ke Tamansari.”

Pantai Ngrenehan: Sedia Seafood Rasa Bintang Lima Harga Kaki Lima


Di Pantai Ngrenehan
Pantai lagi…pantai lagi…pantai lagi…

Lagi-lagi pantai jadi obyek wisata favorit dan hampir wajib yang gue datengin pas berkunjung ke heritage city, Jogja. Kali ini giliran pantai yang yang letaknya di wilayah Gunung Kidul sebelah barat, Pantai Ngrenehan.

Alesan kenapa Pantai Ngrenehan jadi destinasi pilihan kali ini sebenarnya tak lepas dari ide yang terlontar dari partner gue, siapa lagi kalo bukan si agen super mendes Ciwulsky.

“Ambil lurus aja, kita belum pernah kan ngambil jalan lurus ini? Seringnya ambil kiri terus. Yuk cobain ke pantai yang di jalur lurus ini…”, demikian si Ciwul berseloroh di simpang tiga yang menuju kawasan timur Gunung Kidul (belok kiri) dan Barat (lurus terus).

“Boleh juga, tapi mau ke pantai mana nih? Bukannya pantai di arah ini udah mainstream semua ya?” kataku.

“Iyasih tapi kayaknya ada yang nggak terlalu mainstream deh, cari aja..”

“Okedeh, kalo Ngrenehan itu sebelah mana ya? Di sana ada yang jual udang kan?” tanyaku mulai tertarik.

“Nah iya itu, ayok cobain aja ke sana!!!”

“Oke cuss!”

Monday, September 23, 2013

Wisata Nostalgia di Kali Oya

Ke Kali Oya yuk..
Udah pernah mandi di kali? Ah nggak seru kalo belum, pasti masa kecilnya kurang bahagia sekali alias MKKBS, hahaha. Sebagai anak yang tumbuh dan besar di desa dan dekat dengan alam, masa kecil gue banyak dihiasi dengan main-main yang kaitannya dengan alam terbuka langsung, semisal main layangan di sawah, berburu jangkrik di tegalan, berburu kepiting di pantai sampai mandi-mandi di kali (sungai). Buat anak kota mungkin semua itu jadi sesuatu yang asing atau bahkan mahal karena pasti jarang banget bisa mereka nikmatin. Lagi-lagi gue harus banyak bersyukur dengan semua yang dimiliki dan nikmat yang selalu Tuhan berikan sepanjang hidup gue.

Berkaitan dengan masa kecil gue itu, travelpost gue kali ini semacam bikin nostalgia masa kecil saat di mana masih bisa menikmati kumpul bareng temen-temen dan kakak cowok gue, jalan ke sungai di desa tetangga kemudian nyebur-nyebur sampai sore, dicariin ibu sambil dimarahin sepanjang perjalanan pulang. Momen itu terus terngiang sepanjang gue nulis ini. Destinasi yang gue maksud adalah Kali Oya. Orang Jogja melafalkannya dengan sebutan Kali Oyo, sungai yang masih berada di kawasan dan sepaket dengan objek wisata Goa Pindul. Jarak tempuh dari Goa Pindul sekitar 2 kilometer dan kami menempuhnya dengan pick up dari agen wisata. Jalan menuju starting point untuk body rafting Kali Oya ini masih jelek, tanah berdebu dan banyak lubang. Nggak kebayang pas musim hujan seberapa parah jalanan ini. Yang penting nikmatin aja lah ya…

Tujuhbelasan di Goa Pindul: Wisata Adventure di Selatan Jogja


Di Goa Pindul
Tujubelas agustus taun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita..
Hari merdeka, nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa In-do-ne-sia

Bukan tanpa sebab gue ngawalin travelpost ini pake lirik lagu di atas. Sebagai warga negara Indonesia yang sejak esde sudah diajarkan PPKn, jelas gue apal lagu di atas. Bahkan sejak teka juga udah sering pawai keliling sambil nyanyiin lagu di atas sambil megang bendera merah putih plastik yang terpancang di batang bambu, dulu disebutnya tuding.

17 Agustus 2013, ya hari ini tepat 68 tahun umur Indonesia sejak kelahirannya yang diproklamasikan oleh founding father kita. Kalo tahun lalu gue menikmati tujubelasan di puncak gunung, kali ini bareng partner gue menyambangi salah satu wisata adventure di wilayah Gunung Kidul, Jogja. Sudah lama niat ingin mengunjungi destinasi ini tapi karena masalah waktu selalu saja belum sempat dan saat inilah momen yang paling tepat. Goa Pindul adalah destinasi  gue kali ini, tepat di perayaan kemerdekaan RI. Kurang keren apa lagi coba? Ada yang nggak tau Goa Pindul? Gih cari langsung di internet, dijamin pasti ada.

Aku, Jogja dan Cinta…

Jogja | pic: tonihandoko.files.wordpress.com
Jogja selalu memberikan kesan luar biasa di setiap kunjungan yang aku lakukan. Ini juga yang bikin aku selalu ingin ingin dan ingin untuk terus kembali menuju kota kecil dengan sejuta pesona ini. Kali ini aku kembali ke kota ini dengan membawa cinta, ya cinta. Biarlah orang atau kalian yang membaca postingan ini menganggap aku alay atau apapun itu, yang jelas begitulah adanya.

Aku, Jogja dan cinta…seperti sudah menjadi siklus alami yang akan terus berputar dalam hidupku, sekarang, esok dan semoga seterusnya. Menjadi lelaki paling beruntung di dunia ketika cinta menyelimuti setiap jengkal perjalananku di sana. Ya, Jogja punya cerita, di sana ada cinta. Dia yang selalu menungguku pulang, kembali di setiap kehangatan cinta yang dia berikan.

Friday, July 19, 2013

Agentventure: Si Kecil Pantai Timang yang Bikin Jantungan

Pernah liat ginian di atas laut?
Petualangan kami kali ini sangat mendebarkan. Bukan lebay tapi emang begitu kok. Aku  bareng partner agenku, seperti biasa kalau bertemu pasti selalu merencanakan pergi bertualang kemanapun angin meniupkan isyaratnya. Tujuannya (lagi-lagi) pantai di selatan Jogja.

“Pokoknya kita samperin pantai yang kamu belum pernah aja, gimana?” kata si Ciwul di awal perjalanan.

“Oke, nanti siapa tau nemuin pantai baru…” aku mengiyakan dengan cara itu.

Perjalanan dimulai pukul 06.00 WIB dengan motor  seksi punya si agen satu itu. Kami belum punya firasat apapun soal pemilihan motor seksi ini buat tunggangan di misi kali ini. Pertimbangannya sih cuma biar nggak capek aja karena pake matic yang tinggal muter gas sama mantengin rem bisa jalan. Wuuuush…meluncur ke arah Gunung Kidul lewat jalan Wonosari.

Museum Keluarga yang Kreatif dan Romantis, Ya Museum Affandi


Museum Affandi
Lamaaaaa banget pengen ngunjungin museum satu ini. Sejak nggak sengaja dapet info tentang museum ini dari seorang dosen sejarah kesenian di kampus, gelora di dada dan rasa penasaran untuk bisa lihat sendiri isi museum ini semakin membuncah. Ditambah lagi, tokoh satu ini menjadi obyek pilihan pertama yang tadinya mau gue apresiasi dalam tugas mata kuliah tersebut, meskipun gagal karena keduluan temen yang lain dan akhirnya dapet Popo Iskandar.  Yap! Bener banget lah, nggak usah bikin tebak-tebakan karena di judulnya juga udah keliatan kalo gue pengen ngulas tentang kunjungan ke Museum Affandi beberapa waktu lalu.

Punya pacar orang Jogja (meskipun darahnya bukan Jogja Aseli) jadi nilai lebih buat gue yang doyan jalan-jalan dan pengen nyari sesuatu yang beda dari jalan-jalan itu. Apalagi doi juga demen banget sama yang namanya jalan-jalan bin ngebolang binti hangout bahasa kerennya. Doi paling tau kalo udah diajakin jalan, pasti yang pertama kali keliatan itu senyumnya yang selalu bikin rindu itu. Huss..apaan ini jadi sosweet gini guenya. Bisa jadi ini efek dari museum yang mau kita kunjungin ini, bisa jadi bisa jadi bisa jadi…!!!

Monday, May 20, 2013

Antara Pilihan, Takdir dan Usaha

Seringkali dalam hidup, kita dihadapkan pada suatu kondisi di mana itu adalah yang paling tidak diinginkan. Stress dengan kesibukan sehari-hari, bosan, penat, kecewa, sedih, marah, terkucilkan, diabaikan, rendah diri, hingga frustasi dengan hidup. Beberapa pernah gue alami, dan itu emang nggak enak. Kondisi di mana kita merasa begitu lemah, tak berdaya dan serba salah. Merasa semua yang kita lakukan itu salah di mata orang lain tapi dari kacamata kita sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan? Kalo orang jawa bilang,”hanjuk aku kudu piye?

Paling pertama sekali menurut gue adalah kita harus memahami hakikat hidup itu. Coba kita bertanya pada hati nurani sebenarnya apa yang menjadi alasan kita untuk hidup. Apa sebenarnya yang kita cari? Pentingkah hidup ini? Untuk apa kita belajar, bekerja, mengejar deadline untuk mencapai target dan sebagainya? Seberapa jauh kita mengenal diri kita sendiri? Benarkah kita punya tujuan? Bagaimana untuk mencapainya? Apakah tujuan itu memang benar-benar orientasi hidup kita? Atau ada orientasi lain yang tak terlihat tapi sebenarnya itu yang jadi tujuan kita hidup?

Friday, May 17, 2013

Skripsi vs Pacar, Mana yang Paling Benar?


Skripsi lo... | Sumber gambar: hamdandesign.net
Saat menjadi mahasiswa, banyak hal menyenangkan bisa lo dapet. Pengalaman, teman, ilmu, keterampilan, sampai ke gebetan atau pacar juga bisa aja lo dapetin. Seiring waktu berjalan, hingga sampailah sang mahasiswa menjadi “mahasiswa tingkat akhir” yang punya momok menakutkan bernama skripsi, tugas akhir atau apalah itu namanya. Istilah di kampus gue buat tugas akhir mahasiswa tingkat akhir jenjang S1 itu ya skripsi.

Skripsi menjadi semacam dementor yang gemar mencium dan menyedot hawa kebahagiaan dari orang-orang. Kalo dalam kasus ini ya itu tadi, mahasiswa tingkat akhir. Ketika mengerjakan skripsi, banyak masalah yang sering muncul. Mulai dari uang saku menipis, teman yang satu-per-satu mulai nggak keliatan, orientasi hidup yang fluktuatif, pertanyaan dari ortu “kapan lulus? kapan wisuda?” dan masalah sama pacar.

Dinner di atas Bintang, Bisa Nggak Yaa?

Night view dari Bukit Bintang, Yogyakarta
gambar: wisata-yogyakarta.com
Dari judulnya, kayaknya fiktif banget ya. Berasa lagi didongengin kisah seribu satu malam atau sejenisnya. Gimana ceritanya dinner di atas bintang? Kalopun bisa , itu pasti mahal banget dan super tak terjangkau. Kalo dinikmati bareng pasangan pastinya bakal jadi momen yang super romantis. Kalo dinikmati sendiri, ya…itu sih derita lo asal jangan niat bunuh diri aja terjun dari atas bintang-bintang meskipun itu ide paling keren juga. Terus makanan seperti apa yang bisa dinikmati di atas bintang-bintang?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu wajar buat yang bukan orang Jogja atau belum pernah ke Jogja atau sudah pernah ke Jogja tapi cuma mainnya di kota-kota aja. Percaya deh sama gue kalo makan malam alias dinner di atas bintang-bintang itu bukan mimpi atau dongeng belaka. Lo dateng ke Jogja dan buktiin omongan gue. Di sana ada sebuah tempat yang diberi nama Bukit Bintang. Wuiih…namanya aja udah keren gitu, gimana aselinya yak? Yuk cuss… Sebelumnya nama Bukit Bintang ini juga pastinya nggak asing buat lo yang pernah main ke Malaysia. Ini adalah nama sebuah distrik di Malaysia yang menyediakan pusat belanja dan hiburan. Nah kalo Bukit Bintang yang mau gue ceritain ini adalah…

Berendam Ala Kuda Nil di Pantai Siung

Berendam ala kuda nil
Kenapa banyak orang suka nulis catatan kunjungan mereka ke suatu tempat di mulai dengan lokasi, penunjuk jalan dan nananananananana…? Bosen gue, makanya gue mulai tulisan ini dengan nyinyir aja deh. Sumpah jalanan menuju pantai-pantai di Jogja ini bikin capek, kelak-kelok nggak jelas, naik-turun bikin degdegan, udah gitu jalannya sempit pula. Tapi semua itu terbayar kalo lo udah sampai di tempat tujuan. Seolah apa yang baru aja lo rasakan, capek dan lelahnya di perjalanan, hilang. Nah, banyak cara buat menikmati eksotisnya pantai-pantai di Jogja ini, salah satunya dengan berendam di pantai.

Berendam di pantai-pantai Jogja juga harus pilih-pilih karena ada beberapa pantai yang nggak cocok untuk berendam. Bisa jadi karena ombaknya terlalu besar, tidak ada spot yang pas untuk berendam, atau juga ada spot tapi ada gangguna alam lain yang tidak memungkinkan untuk berendam di situ (seperti ada hewan-hewan yang tidak mengenakkan untuk teman berendam; bulu babi, bintang laut, dsb.) jadi, cerdas-cerdaslah memilih spot yang tepat untuk berendam di pantai.

One Stop Tourism at Pantai Jogan: Saat Air Terjun Bertemu Pantai

Pantai Jogan
Tidak banyak di dunia ini untuk bisa menikmati dua pesona alam ini secara langsung di satu tempat satu waktu. Sepengetahuan gue sih kalo pengen liat air terjun dan pantai bersamaan itu kayak McWay Waterfall di California, Kilt Rock Waterfall di Isle of Skye (Skotlandia), Duden Falls di Laut Antalya (Turki), atau yang agak deket di Pulau Jeju (Korea Selatan) ada namanya Jeongbang Waterfall. Kalo di Indonesia ada juga air terjun yang langsung ke laut kayak Air Terjun Temburun di Anambas, dan Air Terjun Toroan di Sampang (Madura). Tapi apa gue harus pergi sejauh itu buat menikmati dua pesona alam itu?

Nah, jawabannya adalah ternyata kita nggak perlu jauh-jauh ke Sampang, Anambas, bahkan ke negerinya para girl-boy-band atau California untuk menikmati pesona itu, loh. Karena eh karena di Jogja ternyata ada tempat yang tidak kalah eksotisnya dengan yang sudah disebut-sebut di atas. Tempat ini adalah Pantai Jogan.

Agentventure: Marathon Pantai-Pantai Jogja, Terapi Alternatif Pengusir Penat


Haloo Agentventurers...
Aku lupa kapan tepatnya bikin rencana untuk marathon pantai-pantai Jogja. Waktu itu kepikiran aja kayaknya seru juga ngunjungin pantai-pantai Jogja nan eksotis itu di satu hari. Karena kan letak pantai-pantai di sana nggak begitu kepalang jauh-jauh amat. Jadi, bukan ide buruk buat melancarkan misi tersebut. Namanya juga Agentventure meeen….

Nah, buat melancarkan misi itu, aku nggak mau sendiri. Bukannya cupu, tapi aku punya partner agen yang super beach-obsessed  yang pasti nggak bakalan nolak kalo diajakin ke pantai. Dia adalah my best partner in crime, Desi Wulansari yang akrabnya sih disapa Ciwul dan seperti dugaanku sebelumnya, dia nerima pinanganku buat melancarkan misi marathon pantai ini. Alasan sebenarnya sih karena kita lagi sama-sama penat dengan kesibukan di dunia muggle. Doi lagi hektik-hektiknya ngurusin kepanitiaan acara di kampusnya dan aku lagi puyeng ngurusin penelitian skripsi yang menuju deadline. Akhirnya terapi alam jadi alternatif kami buat mengusir penat dan melarikan diri dari kelamnya dunia muggle akhir-akhir ini.

Thursday, April 11, 2013

Kontemplasi Absurditas Sisyphus karya Albert Camus

Parodi Myth of Sisyphus | distilleryimage
Sudah lama rasanya sejak terakhir kali membaca filsafat. Mungkin tiga bulan yang lalu ketika saya membaca Myth of Sisyphus-nya Albert Camus. Saya ingat waktu itu saya baca itu karena ada tugas dari dosen. Tugas untuk menganalisis berbagai macam karya sastra dengan dikontemplasikan pemikiran tokoh filsafat eksistensialis. Secara garis besar karya ini menceritakan tentang Sisyphus yang dikutuk dewa untuk menggelindingkan batu dari kaki gunung ke puncaknya. Berkali-kali pekerjaan itu dilakukan dan berkali-kali pula batu itu menggelinding ke kaki gunung. Kata para dewa, tidak ada hukuman yang lebih mengerikan daripada melakukan pekerjaan yang sia-sia dan tanpa harapan.

Eksistensialisme Marcel dalam Libri di Luca: Bukan Resensi

Libri di Luca
Ada sekelompok orang yang menamakan dirinya Lector. Mereka adalah orang-orang dengan kemampuan luar biasa. Orang-orang yang mampu memengaruhi orang lain lewat sebuah bahan bacaan yang dibacakannya. Memengaruhi orang tanpa mereka sadari. Memengaruhi pandangan mereka pada tulisan, tema atau hal lainnya. Bahkan bisa mengubah pendapat seseorang tentang sebuah masalah, semau mereka. Apakah ini kemampuan, bakat atau bencana yang bisa merugikan orang lain?

Diawali dengan kematian seorang pemilik toko buku terkenal di distrik Vesterbro, Kopenhagen, perjalanan kisah ini bermula. Libri di Luca, nama toko buku tersebut. Toko buku legendaris milik keluarga pecinta buku, Campelli. Luca Campelli adalah generasi kesekian yang mewarisi harta berharga tersebut sebelum akhirnya meninggal di toko buku miliknya karena—menurut banyak pendapat—terkena serangan jantung. Dia juga seorang Lector. Sepeninggalnya, kepemilikan Libri di Luca kemudian jatuh ke anak Luca satu-satunya yang berprofesi sebagai pengacara, Jon Campelli.

Tuesday, April 9, 2013

Sisi Gelap Manusia

meski berkali-kali kukatakan dan kuyakini
bahwa manusia adalah gudangnya khilaf
namun cibiran tetap menohok sinis
sembari bisik-bisik lewat pintu belakang
merendahkan menghina dan segala kata usil

tapi tak mengapa
sebab manusia memeang cenderung diperbudak nafsunya
dan memperbudak sesamanya
pemuda manislaku di muka kedua orang tuanya
yang ternyata berjalan mengitari pusat perbelanjaan
mencari mangsa perempuan tua yang nampak berpunya

Sepak Bola! Menggelinding Pun Memakai Otak!

gempita seluruh hamparan lapangan
berpeluh air liur ambisi kemenangan
mengatur siasat agar tendangan menuju sarang kemuliaan
dan jutaan umat gempar berteriak bagai perang kumpulan raksasa
dari segala penjuru dunia...
pada detik yang sama, waktu yang sama
mempunyai reaksi seragam yang seiring sama
begitu bermaknanyabenda bulat bundar yang terlempar lewat otot-otot kaki itu
mengelabui pihak lawan dengan segala aksi
menari atas kejelian kecerdasan otak, lagi-lagi menuju kaki

Katamu Tadi, 'Selamat Malam'

Oleh: Linda Djalil

Singkat betul katamu tadi,
selamat malam
itu saja
tapi aku paham sekali
ada kilatan jarum tajam menusuk
menuju kubu terbesar dalam kalbu
dan pinggir daun telinga
yang menyususp menuju getaran kamu
dan getaran aku

Katamu tadi, selamat malam...
singkat
bagai tak berjiwa
namun gemuruh roda gerobak pun kalah berisik
manakala hati ini sesungguhnya penuh kata-bergalon-galon
yang menggebu-gebu
menggelinding berulang-ulang...
sementara kamu dan aku
berusaha mengusir jauh rasa gila itu
menghindar dari ungkapan...
sibuk membuang satu kata yang membola:
kangen!!!

Sunday, March 31, 2013

Jakarta Night Trip: Menikmati Sudut Malam Jakarta



Menanti sunrise di Sunda Kelapa
Jakarta, sebuah kota megapolitan dengan segala hingar-bingar kesibukannya, dikenal dengan kota yang tak pernah tidur. Ya, sebelas-duabelas sama NY lah. Kemacetan, panas, polusi udara, kebisingan, bau menyengat menjadi warna kota yang dulunya dikenal dengan nama Batavia ini. Selain itu, gedung-gedung tinggi, pusat-pusat perbelanjaan modern, hingga pemukiman kumuh memberikan kesan kontras. Masyarakatnya yang heterogen dengan berbagai latar belakang, menghuni setiap sudutnya. Di sisi lain, pesona eksotisme kota ini masih cukup mengundang bagi para pemburu tempat-tempat unik dan menarik. Apalagi jika mendatanginya pada momen yang tidak biasa.

Berawal dari obrolan ringan di kosan, gue bareng lima temen berniat melakukan trip yang beda dari biasanya kebanyakan orang menikmati Jakarta. Jakarta Night Trip, kami menyebutnya. Menikmati Jakarta di siang hari mungkin sudah terlalu biasa bagi gue yang punya derajat kepenasaran terlalu over dan suka hal-hal baru yang ekstrim. Jakarta harus gue eksplor dengan cara yang lain dari biasanya. JNT ini juga terinspirasi dari beberapa artikel di internet yang membahas beberapa tempat di Jakarta yang menarik untuk dinikmati di malam hari.

Friday, March 22, 2013

Renungan Nakal di Penghujung Hari


Sumber: wallpaperswala.com
Merasa lemah bagi manusia ialah sesuatu yang wajar bagi makhluk angkuh laiknya manusia. Lemah tak kenal gender. Lemah tak pandang usia. Lemah tak peduli jabatan. Lemah tak perlu batasan terestrial. Everybody’s going to be weak whenever they want to. Mmm I’m sorry, it should be weird but yea, whenever they will, it will... Seseorang bisa merasa lemah atau sekedar lemah biasa atau memang benar-benar dia orang lemah. That’s no prob, guys. Any difference? It’s all about W E A K.

Suatu ketika, di sebuah bilik sempit di tepi rel kereta, seorang pria bersenandung dengan diiringi alunan cello gitarnya. Dari bibirnya yang kering terlantun irama-irama In My Life-nya The Beatles. Nadanya tak begitu jelas dan artikulasinya juga begitu payah. Dia hanya tampak seperti bergumam alih-alih bernyanyi. Satu-satunya hal yang membuatnya terdengar melantunkan In My Life itu adalah dentingan gitarnya yang mantap. Dia memainkannya dengan hati. Entahlah, aku tiba-tiba bisa merasakan apa yang pria itu rasakan. Dia sedang mengutarakan rindunya. Lewat dentingan senar akustik, dia mencoba mengirimkan ungkapan-ungkapan rindunya entah pada siapa, atau apa.

Wednesday, March 20, 2013

Menantang Dosen Penguji di Sidang Skripsi

Kali ini gue tertarik untuk mereblog sebuah postingan dari forum sebelah. Alasan kenapa harus mereblog ini sederhana kok. Nggak tau kenapa, pas membaca trit ini di forum, adrenalin tiba-tiba meningkat, merinding. Alam bawah sadar gue tersentak. NAH! Momen yang sedang dialami oleh tokoh dalam trit ini sangat relevan dengan kondisi yang gue alami akhir-akhir ini. Ya, sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang getol menyusun skripsi.

Ini postingan yang sudah seharusnya menjadi renungan buat gue khususnya dan semoga juga buat temen-temen semua yang senasip seperjuangan untuk meraih gelar sarjana. Gue yakin beberapa temen juga udah pernah membaca trit ini, karena bukan 'barang baru' memang.

Saturday, March 2, 2013

AGENTVENTURE: Dokumentasi Trip Dua Agen Neptunus



Dari judulnya, agak aneh ya postingan ini? Oke, kata “agentventure” kayaknya dan emang beneran nggak ada di kamus manapun di muka bumi. Tapi bentar, di kamus gue dan partner gue pasti ada dong, hahaha. Oke, gue jelasin…

Bermula dari kesamaan suka dolan gue sama partner, Ciwul, kita pastikan tiap ketemu pasti bakal ada acara dolan atau bahasanya ciwul “blusukan” kemanapun itu. Gue orang yang mountain obsessed sedangkan Ciwul itu beach obsessed tingkat dewa-dewi. Tapi kalo lagi bareng, kita itu udah kayak omnivore obsessed banget. Bentar, maksudnya itu kita jadi terobsesi sama apapun, kemanapun dan kapanpun yang penting dolan dan bareng. Oke, ini bukan modus.

Monday, February 18, 2013

Saat Jogja Bener-Bener Njogjani


Beautiful Jogja trip destination.
Enam hari di Jogja menyadarkan gue banyak hal. Enam hari di Jogja membuat gue lebih merasa punya hati. Enam hari di Jogja menjadikan otak gue bisa bekerja lebih dari biasanya. Enam hari di Jogja belum pernah gue lakuin sebelumnya. Enam hari di Jogja tidak hanya sekedar perjalanan fisik, nurani lebih banyak bicara. Enam hari di Jogja, kota ini sungguh luar biasa. Enam hari di Jogja, enam tahun pun rasanya masih kurang cukup untuk menguak rahasia di balik pesona dan misteri kota kecil ini.

Jogja kini dan dulu jaman esempe sepertinya masih tak jauh berubah. Malioboro masih di sana, Tamansari masih di situ, Prambanan juga tetep berdiri tegak, Gudeg juga masih manis, bakpia juga masih tetep “pathok”, dan katanya Sarkem juga masih ada meskipun gue juga sama sekali nggak pernah kesana. Pesona kekunoan Jogja masih banyak terasa di banyak arsitektur art deco di sepanjang kota tua ini. Khasanah kota budaya yang semenjak masa Kerajaan Mataram ini sudah mewarisi banyak tradisi masih tetap terawat baik.

Thursday, February 14, 2013

Agenventure: Menyusuri Khasanah Budaya Jawa di Ullen Sentalu



Museum Ullen Sentalu

Petualangan kali ini cukup unik dan lain daripada sebelumnya. Kami berkunjung ke sebuah museum (dibaca mu-se-um bukan mesum plis ya...) yang berada di kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Museum ini dikelola oleh swasta sehingga untuk sebuah museum, harga tiket masuknya pun cukup mahal dua puluh lima rebuu meeeen… Tapi apakah harga segitu sebanding dengan apa yang kami dapat di dalam museum ini? Let’s check this out! Our agentventure to the Museum Ullen Sentalu.

Minggu pagi-pagi dapat sms dari partner agen super mendes ngabarin kalo hari ini jadinya main ke Museum Ullen Sentalu. Malamnya, kami sempat membahas soal rencana minggu pagi mau pergi kemana. Sebenernya ini ide dari dua rekan kami, “Si Lunglit” Nika dan “Mbak Larva” Riri. Setelah melewati proses cukup panjang, dapatlah fiksasi destinasi trip kita hari ini. Ullen Sentalu…here we come!

Monday, February 4, 2013

Pak, Itu Kayak Sunset Ya?


Golden sunset di atas Waduk Wadaslintang
Perjalanan pulang dari Dieng diiringi hujan-gerimis-hujan-gerimis hingga jalanan basah yang cukup licin. Apalagi jalan yang kami tempuh cukup berkelok-kelok dan kata si agen satu di belakangku ini, serasa di hutan.

Tadi kami berangkat pulang memang cuaca tidak mendukung, mendung dan kabut mengiringi sepanjang jalan. Beberapa kali harus berhenti untuk sekedar berteduh dan sholat. Kami juga sempat mampir di warung untuk mencoba makanan khas Wonosobo, Mie Ongklok. Setelah itu lanjut jalan lagi. Jalan yang kami tempuh untuk pulang sama dengan jalan berangkat kemarin.

Sampai di daerah Waduk Wadaslintang, cuaca cerah, jalanan kering, tak ada tanda-tanda hujan di sini. Senja mulai turun, dan matahari yang berwarna keemasan mulai turun ke sarangnya. Diselimuti awan cukup tebal, beberapa kali sinarnya tertutup awan-awan di depannya itu. Kami menyaksikannya dari atas motor. Pemandangan yang menakjubkan, ingin rasanya berhenti di sana tapi belum dapat tempat yang tepat karena tepi jalanan yang menghadap arah matahari itu tertutup rimbunnya pepohonan.

Misteri Kabut Dataran Tinggi Dieng


Berpose di Gardu Pandang Tieng, berlatar kabut
Cuaca pagi ini, Jumat 1 Februari 2013 di kawasan Dieng cukup cerah. Aku dan partner agenku tercinta (ciyeee…) menikmatinya dengan berjalan-jalan menuju Komplek Candi Arjuna. Sepulang dari sana, waktu kami habiskan dengan mager-mageran dan ngobrol ngalor ngidul di homestay. Sekalian menunggu waktu jumatan. Kami berencana pulang setelah jumatan.

Cuaca menjelang jumatan mendadak mendung dan rintik-rintik air mulai terasa saat aku berjalan menuju masjid. Kembali dari masjid, hujan mulai turun dan kami pun urung berkemas pulang sambil menunggu hujan mereda.

Hujan tak begitu lama. Begitu reda, kami bergegas untuk turun bukit, pulang. Hawa dingin menusuk pori-pori kami. Ini berbeda dengan suhu di sini di waktu yang sama kemarin.  Suasana di sekitar pun cukup pekat memutih karena kabut yang mengitari kawasan Dieng.

Serasa Punya Candi Pribadi


Manikmati silver sunrise di Candi Arjuna.
Pernah berkunjung ke candi? Masa belum? Serius? Kasiaaaan… Sekali-kali coba deh main kesitus-situs purbakala semacam candi-candi yang ada di sekitarmu. Selain menambah pengetahuan tentang sosio-kultur kita di masa lampau jaman baheula, kitajuga bisa sekalian refreshing. Refreshing jangan kebanyakan di mall, salon, resort, café mulu dong. Ada juga cara menikmati refreshing yang murah meriah tapi dapet feel-nya. Salah satunya ya dengan mengunjungi candi.

Aku mau cerita nih, pengalaman pas kemarin pergi ke Dieng. Di sana kan terkenal juga dengan adanya Komplek Candi Hindu yang sangat eksotis, apalagi jika dinikmati di waktu-waktu tertentu. Tiket masuk menuju Komplek Candi Hindu ini cukup dengan merogoh kocek Rp5.000,- (ini kalau sebelumnya tidak membeli tiket terusan).

Agentventure: Petualangan di Negeri Kahyangan, Dieng (Day 2)


Berdua menikmati sunrise di Dieng.
Hari kedua petualangan di negeri kahyangan Dieng, kami berencana untuk berburu golden sunrise di Bukit Sikunir. Syaratnya, harus keluar dari homestay sekitar pukul empat pagi. Namun, ke-mager-an karena hawa dingin berkata lain. Kami terpaksa harus bertahan di homestay karena hawa dingin yang begitu menusuk tulang dan agen satu sudah merasakan dampaknya, badannya bergetar menggigil kedinginan.

Kecewa sih sebenernya dan untuk mengobati kekecewaan, kami membunuh waktu dengan bermain uno di kamar homestay. Cukup menghibur karena siapa yang kalah harus menjepit kotak uno (yang akhirnya diganti susu kotak) di antara kepala dan leher. Sumpah ini bikin pegel meeen…

Bukan Apa-Apa Kok...


sumber: 2.bp.blogspot.com
Saat aku nulis ini, penunjuk waktu di notebookku menunjukkan pukul 1.08 AM tanggal 1 Februari 2013. Aku lagi di tempat super dingin di Jawa Tengah, tempat yang sering disebut orang Negeri Kahyangan, tempat dimana disana ada desa tertinggi di Pulau Jawa, Desa Sembungan (2000 mdpl). Aku sedang berada di ketinggian kurang lebih 1700 meter di atas permukaan laut, ketinggian yang cukup membuat bulu kuduk meremang, bukan karena ada setan tapi bener-bener dingin meeen…

Kamu udah mulai lelap. Melihatmu menutup mata, meringkuk di bawah selimut dengan muka yang memelas pengen digetokin langsung kayak gini bener-bener momen langka buatku. Bisa sedekat ini sama kamu, seharian melihatmu tersenyum hingga tertawa lepas, adalah sesuatu yang tak ternilai yang bahkan tak sanggup aku ekspresikan di depanmu. Aku senang, aku bahagia, aku rindu. 

Agentventure: Petualangan di Negeri Kahyangan, Dieng (Day 1)


View Dataran Tinggi Dieng | foto: amberrtrixx
“Ini masih di Indonesia kan? Ini masih di bumi kan?” Kalimat-kalimat semacam itu yang terlontar dari mulutku dan aku tanyakan ke agen satu di belakangku. Dengan mulut berasap diiringi badan yang bergetar menggigil kedinginan, motor butut merah kami terus menanjak sepanjang jalan menuju tanah surga di Jawa Tengah ini.

Dieng Plateau atau Dataran Tinggi Dieng menjadi destinasi trip agent-venture kali ini. Kawasan wisata yang berada di bagian utara Kabupaten Wonosobo ini menyimpan sejuta misteri yang patut kami pecahkan. Berada di ketinggian antara 1700—2000 mdpl menjadikannya sebuah kawasan yang memiliki hawa sejuk hingga dingin menusuk tulang.

Kali ini meeting point kami di Kebumen, rumah eyang si agen satu. Kami berangkat pukul 7.15 WIB ditemani naga merah yang sudah butut ini. Dari arah Kebumen kami belok kiri di pertigaan Prembun arah Wadaslintang. Sepanjang jalan ini yang kami temui hanyalah tikungan dan tanjakan yang semuanya hampir mirip. Jadi kami serasa hanya berputar-putar di situ-situ saja, padahal ternyata sudah menempuh sekitar dua jam perjalanan.

Agentventure: Misi Rahasia ke Pantai Wediombo


Pantai Wediombo, Yogyakarta | foto: amberrtrixx
Dari namanya, wedi yang berarti pasir dan ombo yang artinya luas, bisa disimpulkan pasir yang luas. Kalau menurut kami yang sudah membuktikannya ke pantai satu ini sih cukup nggak masuk akal. Pasir di sini untuk ukuran sebuah pantai sih tidak begitu luas ya, hanya berjarak sekitar maksimal 20 meter sudah merupakan jajaran pepohonan di tepi pantai. Belum lagi adanya batu-batu karang yang semakin meminimalisir area pasir yang katanya ombo itu.

Misi ini dalam rangka pelarungan pesan yang akan kami sampaikan ke bos kami, Neptunus. Kenapa Pantai Wediombo ini yang dipilih? Pantai yang berada di ujung timur pesisir selatan Yogyakarta ini menyimpan jutaan pesona misteri yang layak dipecahkan. Kami, dua agen neptunus, berangkat menuju Pantai Wediombo kali ini dengan mengendarai burung hitam peliharaan si agen satu.

Friday, January 11, 2013

Refleksi Pendaki

 
Refleksi pendaki. | foto: ambarr
"Seorang pendaki, sejatinya tidak sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk ke langit, melainkan ia sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi dirinya sendiri sebagai manusia"

Demikian kata-kata yang saya kutip dari sebuah blog milik salah satu merek rokok ternama di Indonesia. Sepertinya tidak salah apa yang dikatakan oleh kalimat itu. Ketika mendaki sebuah gunung, tidak hanya sekedar puncak tertinggi yang kita taklukan, tetapi juga puncak tertinggi dalam diri kita.

Kesombongan, ego, kejumawaan, ketidakpedulian, keangkuhan, perasaan selalu paling benar, kepongahan, rasa rendah diri, ketidakpuasan, keterpurukan, ketidakberdayaan, kelemahan, ketidakmenghargaian, ketidakhormatan, keterasingan, semuanya yang sejatinya sedang kita kita taklukan dalam setiap pendakian-pendakian pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk langit itu.

Salam lestari. Selamat mendaki!

Thursday, January 10, 2013

Puncak Gunung: The Ultimate Goal

Menggapai Puncak Rinjani | gambar: djarum-super.com
Sering ditanya,"Apa sih tujuan utama kamu kalo mendaki gunung?"

Pertanyaan singkat yang selalu aku jawab singkat juga,"Puncak!"

Kegiatan mendaki gunung menjadi hobiku yang kurang tersalurkan semenjak SMP dulu. Sejak pertama kali menyusur jalur perbukitan di sebelah utara kota kelahiranku, Kebumen. Menyusuri sebuah jajaran perbukitan demi menyusul teman-teman yang sedang camping pramuka pada waktu itu. Berempat (aku, danang, taufik dan mbah syarif) sengaja tidak melewati jalur utama yang bisa ditempuh dengan motor ataupun angkutan umum. Kami justru sengaja menyusuri hutan dan sungai menuju kesana. Suka duka saat perjalanan, dalamnya rasa persahabatan ketika di perjalanan, kekonyolan-kekonyolan yang tak terduga, hingga kepuasan saat tiba di tujuan dan sambutan sang alam pada kami menjadi kehangatan tersendiri yang aku rasakan saat bersatu dengan alam.