View Dataran Tinggi Dieng | foto: amberrtrixx |
“Ini masih
di Indonesia kan? Ini masih di bumi kan?” Kalimat-kalimat semacam itu yang
terlontar dari mulutku dan aku tanyakan ke agen satu di belakangku. Dengan mulut
berasap diiringi badan yang bergetar menggigil kedinginan, motor butut merah
kami terus menanjak sepanjang jalan menuju tanah surga di Jawa Tengah ini.
Dieng Plateau atau Dataran Tinggi Dieng
menjadi destinasi trip agent-venture kali
ini. Kawasan wisata yang berada di bagian utara Kabupaten Wonosobo ini
menyimpan sejuta misteri yang patut kami pecahkan. Berada di ketinggian antara
1700—2000 mdpl menjadikannya sebuah kawasan yang memiliki hawa sejuk hingga
dingin menusuk tulang.
Kali ini meeting point kami di Kebumen, rumah
eyang si agen satu. Kami berangkat pukul 7.15 WIB ditemani naga merah yang
sudah butut ini. Dari arah Kebumen kami belok kiri di pertigaan Prembun arah
Wadaslintang. Sepanjang jalan ini yang kami temui hanyalah tikungan dan
tanjakan yang semuanya hampir mirip. Jadi kami serasa hanya berputar-putar di
situ-situ saja, padahal ternyata sudah menempuh sekitar dua jam perjalanan.
Di tengah
perjalanan kami sempat berhenti untuk mengagumi pesona langit yang diselimuti
awan yang kata si agen satu mirip whipe
cream gitu, biru cerah dengan awan bergumpal yang seputih kapas. Itu luar
biasa meeeen…
Sekitar pukul
9.30 WIB kami sudah keluar dari tikungan dan tanjakan yang ditandai dengan
masuknya kami di wilayah desa Kaliwiro. Di pertigaan Kaliwiro, ambil belok
kanan ke arah Wonosobo. Jalanan di sini banyak yang berlubang, jadi kami harus
waspada. Perjalanan terus berlanjut…
Jika sudah
sampai di Kota Wonosobo, jalan meuju dieng sangat mudah ditemukan. Selain
banyak penunjuk jalan berupa rambu-rambu, juga arahnya yang hanya terus ke
utara saja. Si agen satu yang super mendes ini seringnya bilang,”Arah Dieng itu
ke atas…” Tentu saja, karena arah utara atau lurus di jalan menuju Dieng di
rambu-rambu itu selalu menunjuk ke atas.
Pukul 10.45
WIB kami sampai di loket Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, kemudian membayar
tiket terusan seharga Rp20.000,- untuk empat spot yaitu Telaga Warna, Dieng
Plateau Theater, Kawah Sikidang dan Komplek Candi Hindu.
Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah Telaga Warna. Di kawasan Telaga Warna yang
memiliki bias warna hijau pucat karena adanya kandungan belerang ini bisa
dijumpai banyak goa-goa yang kebanyakan digunakan sebagai tempat pertapaan
(meditasi) seperti; Goa Semar, Goa Sumur, Goa Pengantin, Goa Jaran dan ada juga
telaga lain yang disebut Telaga Pengilon. Pemandangan di sini sangat eksotis. That’s amazing meeeeen…
Arhh kami di Telaga Warna |
Misi
berlanjut ke Dieng Plateau Theater atau DPT, semacam bioskop gitu yang
menyajikan film berdurasi 23 menit menceritakan tentang sejarah proses
terbentuknya Dataran Tinggi Dieng serta sosio-kultur kawasan Dieng. Saat kami
kesana, suasana cukup sepi karena memang bukan hari libur. Bangunan yang
diresmikan oleh Pak SBY pada 2006 ini awalnya serasa milik berdua hingga
akhirnya ada beberapa orang yang ikutan masuk ke DPT (kecewa gitu ya gak jadi
berduaan, hahaha). Di depan bangunan DPT ini ada bekas PLTU yang masih
menyisakan beberapa pipa-pipa penyalur uap panas bumi.
Pose bareng Mbah Semar |
Hampir lupa,
dari Telaga Warna menuju DPT bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati tangga
yang sudah disediakan mulai dari depan mushola dalam area Telaga Warna. Waktu
tempuh untuk mendaki tangga ini hingga sampai DPT kurang lebih 15 menit. Buat
yang muslim, sholat di mushola area Telaga Warna ini juga lumayan kece loh. Sensasi
berwudhu dengan air yang super dingin meeen…
Destinasi
berikut yang kami tuju ialah Kawah Sikidang. Berjarak kurang lebih 10 menit
berkendara dari parker Telaga Warna, kami tiba di parkir Kawah Sikidang sekitar
pukul 15.00 WIB. Buat yang tidak kuat bau menyengat belerang, siap-siap masker
ya. Kalau beli masker di area Kawah Sikidang, harganya cukup mahal untuk sebuah
masker. Jadi, kami sarankan untuk persiapan saja dari rumah.
DPT |
Untuk
menikmati pesona Kawah Sikidang ini, juga tersedia ojek kuda. Dengan harga
Rp20.000,- pengunjung dapat berkeliling area kawah dengan kuda-kuda yang
disewakan. Ada juga yang menyediakan jasa foto berkuda langsung jadi seharga
Rp5.000,-.
Keluar dari
Kawah Sikidang, kami menuju destinasi ke empat yaitu Komplek Candi Hindu. Cukup
dengan waktu tempuh 10 menit dari parkir Kawah Sikidang, sampailah kami di area
parkir belakang Komplek Candi Hindu. Kami menyebutnya area parkir belakang
setelah di hari berikutnya tahu bahwa pintu masuk yang sebenarnya menuju
Komplek Candi Hindu ini berada di bagian depan berlawanan dengan area parkir
kami di hari pertama.
Kawah Sikidang |
Suasana
komplek candi sore itu cukup ramai oleh para pemuda sekitar yang bermain bola. Sebenarnya
aku berniat ingin menikmati senja di komplek candi ini tapi ternyata cuaca tak
bersahabat, mendung semakin pekat. Padahal tadinya langit cukup cerah. Jadi,
apa mau dikata kami tak berlama-lama bermain di komplek candi. Kami harus
segera mencari homestay untuk berteduh sekaligus menginap.
Komplek Candi Hindu |
Ya, itu
perjalanan agentventure kami di hari
pertama. Di hari kedua kami di negeri kahyangan, masih banyak cerita seru yang
harus diceritain di sini. Buat sekarang ini dulu ya, besok lagi. Agentventure meeeeen….
No comments:
Post a Comment