Thursday, January 10, 2013

Puncak Gunung: The Ultimate Goal

Menggapai Puncak Rinjani | gambar: djarum-super.com
Sering ditanya,"Apa sih tujuan utama kamu kalo mendaki gunung?"

Pertanyaan singkat yang selalu aku jawab singkat juga,"Puncak!"

Kegiatan mendaki gunung menjadi hobiku yang kurang tersalurkan semenjak SMP dulu. Sejak pertama kali menyusur jalur perbukitan di sebelah utara kota kelahiranku, Kebumen. Menyusuri sebuah jajaran perbukitan demi menyusul teman-teman yang sedang camping pramuka pada waktu itu. Berempat (aku, danang, taufik dan mbah syarif) sengaja tidak melewati jalur utama yang bisa ditempuh dengan motor ataupun angkutan umum. Kami justru sengaja menyusuri hutan dan sungai menuju kesana. Suka duka saat perjalanan, dalamnya rasa persahabatan ketika di perjalanan, kekonyolan-kekonyolan yang tak terduga, hingga kepuasan saat tiba di tujuan dan sambutan sang alam pada kami menjadi kehangatan tersendiri yang aku rasakan saat bersatu dengan alam.

Pendakian gunung, eksplorasi keindahan alam, tantangan, refleksi hidup, relaksasi pikiran dan badan, merambah hutan, adalah suatu olah raga dan batin yang sangat aku gandrungi.  Suka-duka selama pendakian, kekecewaan, kesedihan dan kebahagiaan pernah aku rasakan selama kegiatan ini. Rasa suka ketika bersama kawan berjalan dengan persiapan cukup dengan target yang sudah mantap dan rasa kebersamaan yang terjalin sesama pendaki di perjalanan. Duka ketika ternyata apa yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Memang kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan.

Rasa sedih dan kecewa terasa ketika cita untuk menggapai puncak gunung yang didaki tidak terwujud. Pendakian terasa berat dan kurang sempurna karena puncak tak pelak untuk dinikmati pesonanya. Puncak memang tujuan dari setiap pendaki, termasuk aku. Benar tidak, ada semacam gengsi dan kepuasan tersendiri yang kita rasakan ketika mendaki sebuah gunung dan menggapai puncaknya yang maha menjulang?

Namun, lebih dari sekedar gengsi, puncak bukan sekedar harga mati yang tak bisa ditawar. Puncak-puncak gunung yang kita daki menjadi semacam THE ULTIMATE GOAL yang menjadi penawar setiap perjuangan dan rasa lelah dalam perjalanan menujunya. Memang bukan hal yang mudah dalam setiap pendakian, apalagi untuk gunung-gunung yang ekstrim, menggapai puncak tertingginya. Untuk gunung sederhana saja dalam artian yang dibilang orang sebagai 'gunung mudah' saja, tidak semua orang bisa meraih puncaknya. Mungkin karena tersesat ataupun membuka jalur baru tapi minim perlengkapan dan persiapan.

Secara pribadi, tidak ada istilah 'gunung mudah' dalam kamus pendakian saya. Semua gunung memiliki karakter, keunikan, dan tingkat konsentrasinya sendiri. Tidak ada alasan untuk menyepelekan setiap puncak yang dianggap orang 'mudah' karena belum tentu kita bisa menggapainya. Buktikan dan realisasikan baru bicara!

Untuk menggapai THE ULTIMATE GOAL bukan hal yang instan. Butuh semangat, tekad dan tentunya persiapan yang matang. Gak mungkin kan bisa meraih tujuan tanpa ada persiapan sebelumnya? Termasuk juga dalam pendakian. Persiapan menjadi hal yang mutlak di setiap manajemen pendakian. Kita harus mengenal dulu karakter medan dari gunung yang akan kita daki, medannya, cara menempuh jalurnya, perlengkapan yang dibutuhkan (butuh perlengkapan khusus atau tidak, seperti: perlengkapan panjat tebing, dsb.), berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendaki, dan logistik.

Terakhir, untuk menggapai tujuan hakiki dalam pendakian gunung, selalu dibutuhkan mental yang mumpuni. Tanamkan sugesti positif dalam diri kita bahwa kita pasti bisa meraih puncak itu dengan usaha kita yang maksimal.

JANUARI, selamat mendaki, Kawan!

No comments:

Post a Comment