Monday, September 23, 2013

Aku, Jogja dan Cinta…

Jogja | pic: tonihandoko.files.wordpress.com
Jogja selalu memberikan kesan luar biasa di setiap kunjungan yang aku lakukan. Ini juga yang bikin aku selalu ingin ingin dan ingin untuk terus kembali menuju kota kecil dengan sejuta pesona ini. Kali ini aku kembali ke kota ini dengan membawa cinta, ya cinta. Biarlah orang atau kalian yang membaca postingan ini menganggap aku alay atau apapun itu, yang jelas begitulah adanya.

Aku, Jogja dan cinta…seperti sudah menjadi siklus alami yang akan terus berputar dalam hidupku, sekarang, esok dan semoga seterusnya. Menjadi lelaki paling beruntung di dunia ketika cinta menyelimuti setiap jengkal perjalananku di sana. Ya, Jogja punya cerita, di sana ada cinta. Dia yang selalu menungguku pulang, kembali di setiap kehangatan cinta yang dia berikan.

Mungkin aku bukan sosok yang penuh pengalaman, yang telah berkunjung ke ribuan tempat menarik di seluruh dunia. Bahkan, di Indonesia saja masih sangat sangat sangat sedikit pesonanya yang telah aku nikmati. Namun, di balik keterbatasan pengalamanku itu, aku punya Jogja. Jogja, sebuah kota kecil di tengah ujung selatan pulau jawa. Letaknya yang demikian, menjadikan kota ini punya sejuta pesona yang mengesankan. Ditambah lagi, Jogja sebagai kota budaya dan predikatnya sebagai Daerah Istimewa yang menjadikannya benar-benar istimewa. Istimewa karena pesonanya dan istimewa karena hal-hal istimewa yang super istimewa.

Sudah jadi rahasia umum kalau Jogja menyimpan banyak tempat dan objek kunjungan bagi turis domestik dan mancanegara. Mulai dari wisata sejarah, budaya, alam, hingga wisata rohani dan kuliner bisa kita nikmati di sini. Berkali-kali aku kembali ke kota ini dan mengunjungi serta menikmati pesona-pesonanya tapi tetap saja rasanya tak ada habisnya, selalu saja ada tempat dan objek yang kelewat belum terjamah. Entah karena saking banyaknya atau mungkin memang karena ya…balik lagi ke keterbatasan khususnya waktu.

Berkunjung ke Jogja lalu tak ingin pulang? Selalu aku alami hal itu, rasanya berat ketika harus mengalami momen perpisahan. Itulah momen paling memilukan dalam sebuah pertemuan. Pertemuanku dengan cinta di Jogja selalu dibatasi oleh waktu, dan di ujungnya selalu ada hal pasti yang harus terjadi, perpisahan. Meskipun bukan untuk sesuatu yang permanen, tapi rasanya tetap miris ketika harus meninggalkan sementara cintaku di sana. Sebagian dari kalian mungkin pernah merasakan ketika sedang menikmati indahnya kebersamaan, di saat kebahagiaan kebahagiaan itu terciptakan bersama, lalu kemudian harus di-cut oleh waktu yang begitu kejam. Bayangkan bagaimana rasanya…

Itulah yang selalu aku rasakan di sana. Saat ini, hal itulah yang selalu terjadi dalam setiap kunjunganku. Cintaku di kota Jogja, tumbuh dan berkembang di sana. Selalu menyediakan senyuman terindah yang menciptakan rindu tak terkira. Dialah cinta, yang selalu menyediakan tangannya untuk kugenggam, saat dia merasa rapuh dan aku membutuhkan pegangan. Kami saling membutuhkan satu sama lain. Saat orang-orang mencibir dan mengatai, kami tersenyum dan menertawakan mereka. Sungguh mereka belum paham apa itu cinta, yang kami berdua ciptakan atas dukungan-Nya.

Tuhan pun Maha Pencinta karena  Dia-lah Sang Pencinta sejati. Kami pun ingin saling mencinta dengan cinta-Nya, dengan kasih-Nya. Cinta yang kami ciptakan di kota kecil ini begitu kentara, selalu menggantung di depan mata, membuat kami saling menyemangati. Dia membuat kami lebih bersyukur, lebih ingin berusaha untuk saling membahagiakan satu sama lain, untuk saling berlomba mengejar mimpi masing-masing yang pada akhirnya untuk mewujudkan mimpi bersama. Aku, Jogja dan cinta…


Karawang-Jogja, 26 Agustus 2013, 20:57 (kadang ngerasa aneh nulis pake bahasa baku)

No comments:

Post a Comment