Jogja | pic: tonihandoko.files.wordpress.com |
Aku, Jogja dan cinta…seperti sudah menjadi siklus alami yang
akan terus berputar dalam hidupku, sekarang, esok dan semoga seterusnya.
Menjadi lelaki paling beruntung di dunia ketika cinta menyelimuti setiap
jengkal perjalananku di sana. Ya, Jogja punya cerita, di sana ada cinta. Dia
yang selalu menungguku pulang, kembali di setiap kehangatan cinta yang dia
berikan.
Mungkin aku bukan sosok yang penuh pengalaman, yang telah
berkunjung ke ribuan tempat menarik di seluruh dunia. Bahkan, di Indonesia saja
masih sangat sangat sangat sedikit pesonanya yang telah aku nikmati. Namun, di
balik keterbatasan pengalamanku itu, aku punya Jogja. Jogja, sebuah kota kecil
di tengah ujung selatan pulau jawa. Letaknya yang demikian, menjadikan kota ini
punya sejuta pesona yang mengesankan. Ditambah lagi, Jogja sebagai kota budaya
dan predikatnya sebagai Daerah Istimewa yang menjadikannya benar-benar
istimewa. Istimewa karena pesonanya dan istimewa karena hal-hal istimewa yang
super istimewa.
Sudah jadi rahasia umum kalau Jogja menyimpan banyak tempat
dan objek kunjungan bagi turis domestik dan mancanegara. Mulai dari wisata
sejarah, budaya, alam, hingga wisata rohani dan kuliner bisa kita nikmati di
sini. Berkali-kali aku kembali ke kota ini dan mengunjungi serta menikmati
pesona-pesonanya tapi tetap saja rasanya tak ada habisnya, selalu saja ada
tempat dan objek yang kelewat belum terjamah. Entah karena saking banyaknya
atau mungkin memang karena ya…balik lagi ke keterbatasan khususnya waktu.
Berkunjung ke Jogja lalu tak ingin pulang? Selalu aku alami
hal itu, rasanya berat ketika harus mengalami momen perpisahan. Itulah momen
paling memilukan dalam sebuah pertemuan. Pertemuanku dengan cinta di Jogja
selalu dibatasi oleh waktu, dan di ujungnya selalu ada hal pasti yang harus
terjadi, perpisahan. Meskipun bukan untuk sesuatu yang permanen, tapi rasanya
tetap miris ketika harus meninggalkan sementara cintaku di sana. Sebagian dari
kalian mungkin pernah merasakan ketika sedang menikmati indahnya kebersamaan,
di saat kebahagiaan kebahagiaan itu terciptakan bersama, lalu kemudian harus
di-cut oleh waktu yang begitu kejam. Bayangkan bagaimana rasanya…
Itulah yang selalu aku rasakan di sana. Saat ini, hal itulah
yang selalu terjadi dalam setiap kunjunganku. Cintaku di kota Jogja, tumbuh dan
berkembang di sana. Selalu menyediakan senyuman terindah yang menciptakan rindu
tak terkira. Dialah cinta, yang selalu menyediakan tangannya untuk kugenggam,
saat dia merasa rapuh dan aku membutuhkan pegangan. Kami saling membutuhkan
satu sama lain. Saat orang-orang mencibir dan mengatai, kami tersenyum dan
menertawakan mereka. Sungguh mereka belum paham apa itu cinta, yang kami berdua
ciptakan atas dukungan-Nya.
Tuhan pun Maha Pencinta karena Dia-lah Sang Pencinta sejati. Kami pun ingin
saling mencinta dengan cinta-Nya, dengan kasih-Nya. Cinta yang kami ciptakan di
kota kecil ini begitu kentara, selalu menggantung di depan mata, membuat kami
saling menyemangati. Dia membuat kami lebih bersyukur, lebih ingin berusaha
untuk saling membahagiakan satu sama lain, untuk saling berlomba mengejar mimpi
masing-masing yang pada akhirnya untuk mewujudkan mimpi bersama. Aku, Jogja dan
cinta…
Karawang-Jogja, 26 Agustus 2013, 20:57 (kadang ngerasa aneh nulis pake bahasa baku)
No comments:
Post a Comment