|
Salah satu pertunjukan di Perhimak UI Fest 2012 |
Dewasa ini, istilah kebersamaan
telah mengalami pergeseran makna seiring pergerakan arus zaman. Ada yang
mengartikan kebersamaan sebagai sesuatu yang baik (dalam artian positif) ketika
diwujudkan dalam bentuk-bentuk yang konstruktif, missal dalam gotong-royong, guyub-rukun, wadah-wadah
social kemasyarakatan dan kemanusiaan, dan sebagainya. Namun, pelak ada pula
yang memberikan definisi negatif pada kebersamaan ketika terminologi ini
direfleksikan dalam bentuk-bentuk yang dekonstruktif, semisal kelompok demonstran
yang anarkis, kelompok separatism berdalih kebersamaan, kumpul kebo atas nama
kebersamaan, dekaka.
Fenomena itu mengusik sanubari pemuda-pemudi kreatif masa
kini untuk kembali meraup makna kebersamaan kembali pada terminology awalnya.
Berbekal semangat kebersamaan, paguyuban mahasiswa daerah yang menamakan
dirinya sebagai Perhimak UI merangkul paguyuban-paguyuban mahasiswa daerah di
UI untuk mengadakan sebuah festival budaya bertajuk “Pelangi Budaya Nusantara”.
|
Eva, sebagai moderator talkshow |
Diikuti oleh 15 paguyuban daerah dan didukung oleh lebih
dari 20-an paguyuban lain, event yang berjudul “Perhimak UI Fest, Our Culture Our Pride” sukses terselenggara pada
Sabtu (5/5) kemarin. Bertempat di Aula Utama Pusat Studi Jepang Universitas
Indonesia, event tersebut cukup menarik antusiasme pengunjung yang datang.
Didapuk sebagai visioner, Perhimak UI berusaha mengonsep acara yang luar biasa
dan bermakna. Selain festival budaya yang berupa pertunjukan seni dari
masing-masing paguyuban daerah yang terlibat, juga ada diskusi dan talkshow seputar
pengembangan potensi daerah untuk kemajuan bangsa yang menghadirkan pembicara diantaranya Tukimin (perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), Khamami (Ketua Perkumpulan Pedagang Nasi Goreng Jabodetabek), Widio (Ketua Forkat Asrama UI 2010)
dan dimoderatori oleh Maya Ayu Permata Sari (4th Runner-up Putri Pariwisata Indonesia 2009) dan Eva Septriani Sianipar (4th Runner-up Putri Pariwisata Indonesia 2011).
|
Maya Ayu Puspita Sari |
Tidak kalah menarik, di luar aula juga ada booth pameran
fotografi hasil seleksi kompetisi yang bertema “Potensi Budaya Daerah yang Terpendam”. Teras aula juga tak
ketinggalan menjadi ajang bagi paguyuban daerah unjuk aksi membuka bazaar kuliner, pernak-pernik dan kerajinan khas dari daerahnya masing-masing.
Festival budaya daerah yang berlangsung dari pukul 8.00 WIB
pagi ini diakhiri dengan presentasi final dari 3 tim business plan yang lolos tahap seleksi awal. Tema business plan ini pun tidak jauh dari “Pengenmbangan Potensi Daerah untuk Kemajuan
Ekonomi”, karena itu memang jadi focus acara ini.
Tiba di penghujung acara saat pemenang kompetisi dari
masing-masing kategori diumumkan, mulai dari kompetisi fotografi, lomba
karikatur, business plan hingga
apresiasi untuk paguyuban dengan penampilan dan pertunjukan terheboh.
Kebersamaan yang harmonis dan energy positif melingkupi segenap partisipan yang
telah menyukseskan acara ini dari awal hingga akhir. Keyakinan kami, generasi
muda, semakin mantap bahwa budaya adalah
sesuatu yang dapat menyatukan manusia di balik keberagamannya.
Ke depannya, semoga event serupa bisa digencarkan lagi untuk menggugah dan melestarikan kembali budaya daerah dan semangat kebersamaan bagi pemuda-pemudi bangsa. Tentunya dengan persiapan yang lebih matang, baik dari segi dekorasi, tata panggung, stand, bazaar, booth fotografi yang lebih menarik dan sebagainya.
Culture is us.
We make it.
We shape it as we love
it to be.