Berpose di Gardu Pandang Tieng, berlatar kabut |
Cuaca pagi ini,
Jumat 1 Februari 2013 di kawasan Dieng cukup cerah. Aku dan partner agenku tercinta
(ciyeee…) menikmatinya dengan berjalan-jalan menuju Komplek Candi Arjuna. Sepulang
dari sana, waktu kami habiskan dengan mager-mageran dan ngobrol ngalor ngidul
di homestay. Sekalian menunggu waktu jumatan. Kami berencana pulang setelah jumatan.
Cuaca menjelang
jumatan mendadak mendung dan rintik-rintik air mulai terasa saat aku berjalan menuju
masjid. Kembali dari masjid, hujan mulai turun dan kami pun urung berkemas pulang
sambil menunggu hujan mereda.
Hujan tak begitu
lama. Begitu reda, kami bergegas untuk turun bukit, pulang. Hawa dingin menusuk
pori-pori kami. Ini berbeda dengan suhu di sini di waktu yang sama kemarin. Suasana di sekitar pun cukup pekat memutih karena
kabut yang mengitari kawasan Dieng.
Cuaca berkabut
tak menghalangi niat kami pulang. Begitu siap, berpamitan dengan pemilik
homestay, kami pun tancap gas. Motor butut merah meluncur menuruni jalanan yang
cukup sepi siang itu. Ini siang bolong, dan kalau di kota dijamin cuaca pasti sangat
menyengat. Berbeda 180 derajat dengan di sini, hawa dingin dan mulut berasap saat
menghembuskan napas yang terasa. Semua itu karena dingin, salahkan dingin!
Pokoknya salahkan dia…(kemudian jadi sinetron, hahaha)
Berkali-kali
agen satu di belakangku ini menggigil kedinginan saat motor melaju melewati jalanan
yang menurun panjang. Hawa dingin ini tak lain juga karena efek kabut yang
menyelimuti kawasan Dieng. Kabut ini juga menimbulkan pesona tersendiri di
Dieng. Lembah-lembah yang tertutup kabut dan samar-samar terlihat rumah-rumah penduduk,
perkebunan tembakau dan kentang, sangat eksotis. Sepertinya memang tak salah
dan tak berlebihan jika Dieng disebut sebagai Negeri Kahyangan. Apalagi di tengah
cuaca berkabut seperti ini, sangat mistis meeeeen…
Kabutnya emang super pekat, dingin meen... |
Arah aliran kabut
juga jelas terlihat, bergerak menuruni lembah. Semakin menambah suasana yang
menimbulkan pertanyaan…wuih, ini serius masih di bumi?
Kami tak menyiakan
kesempatan ini untuk mengambil beberapa gambar dengan kamera-kamera alay. Spot
yang paling tepat untuk itu semua adalah di Gardu Pandang Tieng. Dari sini terlihat
hamparan kabut putih pekat dengan latar bukit, lembah, perkebunan dan rumah-rumah
penduduk. Gambar-gambar yang kami ambil juga membuat mulut berdecak kagum.Ini langka
meeeen…
Serasa menjadi
demigod-demigod sungguhan yang sedang bersenda-gurau di atas awan.
Gardu
Pandang Tieng (1700 mdpl), 1 Februari 2013
No comments:
Post a Comment