Sunday, October 28, 2012

Seremonialitas Sumpah Pemuda


Sumber: search button from Twitter for Blackberry
Jangan bebani harimu dengan “sumpah pemuda” yang muluk-muluk. Mending yang simpel tapi konsisten dan komitmen pada apa yang diucapkan.

Hari ini di twitter begitu ramai twit yang mengutarakan pendapat mereka mereka mengenai Sumpah Pemuda. Apa mereka tahu maknanya atau tidak, itu urusan lain. Pokoknya lihat apa yang lagi rame, langsung deh ikutan. Twitnya pun bermacam-macam, mulai dari sekedar mengucapkan selamat hari sumpah pemuda, mengkritisinya, mengalaykan, bahkan menggalaui Hari Sumpah Pemuda pun ada.

Saya tertarik dengan twit seorang wanita yang cukup simpel tapi silakan dinilai sendiri. Demikian isi twitnya:
Selamat Hari Sumpah Pemuda. Hari dimana para pemuda harus merealisasikan sumpah-sumpah mereka. Hayolooo…

Ibuuuuuuuuuuu...


Merasa termarjinalkan, lagi-lagi perasaan seperti ini turut mewarnai hariku dari kemarin. Memikirkan kata-kata ibu di telepon dan short message yang intinya sama. Aku jadi anak bagaimana sebenarnya? Jauh dari orang tua, dulu jadi anak paling bandel di rumah, tidak bisa merawat diri sendiri dan sekarang jatuh sakit. Merasa termarjinalkan, warna kelabu temaram menjadi aura yang mengikutiku mungkin sejak kemarin

Ibu bilang,”salah sendiri tidak pulang, kalau sakit beneran ya sana rasain sendiri, kalau udah sembuh cepet kabarin.” Mungkin tidak ada yang salah dengan kata-kata itu. Tapi entah kenapa aku begitu memikirkannya. Kata-kata itu diulang dan sama persis di layar henpon dan di telinga. Intonasinya sama, datar tapi emosional. Jangan tanya ekspresi macam apa itu. Yang jelas aku menangkap nada kekecewaan seorang ibu.

Entahlah, aku termarjinalkan. Secara naluri inang dan pemikiran mungkin. Menjelang idul adha kemarin aku memang jatuh sakit. Imunitas menurun dan influenza menyerang. Ditambah leher serasa ditimpa sekarung beras, ngilu dan kaku. Kebanyakan teman satu kosan pulang ke kampung halamannya, merayakan lebaran qurban bersama keluarganya. Aku biasanya juga demikian. Tapi tahun ini, entahlah. Aku tidak ada keinginan pulang walaupun sebenarnya ingin. Biasanya walaupun tidak pulang kampung, minimal aku pulang ke rumah kakakku di Bekasi. Lebaran qurban bareng keponakan di sana. Biasanya selalu ada tradisi barbeque party semalam setelah idul adha. Maklum, daging banyak tinggal bakar.

Tapi kali ini, aku termarjinalkan. Secara fisik dan hati. Aku kembali memikirkan kata-kata ibuku kemarin dan pagi tadi di sms.

Terasingkan memang bukan hal yang mengenakkan. Sungguh. Itu hanya akan membuatmu merasa sepi dan kurang berguna. Dalam hal apapun. Aku merasa getir di dada. Tak tahu mungkin pikiranku terlalu tinggi mengawang dan tak tahu jalan pulang. Sekarang, tinggal nurani berbalut seonggok daging kemanusiaan. Nurani berkata tanpa diimbangi logika untuk berpikir. Melankolis dramatis, tapi mengalun cukup statis. Satu per satu serpihan piringan hitam memori aku ratakan.

Terasingkan membuatku berpikir. Tidak hal lain sesederhana keterlibatan. Ketika terlibat, jelas kita masuk dalam hal yang kita libatkan. Ketika melibatkan diri, membuat kita mengerti apa yang kita libati. Ketika aku mengerti apa yang aku libati, aku percaya dia selalu ada meski dalam dimensi berbeda. Seketika aku tersadar, sejujurnya aku tak pernah termarjinalkan. Semua itu fatamorgana.

Ibu, I miss you in my every single breath I have breathe away. I knew you always here (heart).


My Room, one corner of the room in my brain. October, 27th 2012

Monday, October 8, 2012

Kisah Dua Agen Neptunus

Bisa dibuktikan kekuatan radar kami!
Menulis cerita berdasarkan lirik lagu ternyata bukan hal yang gampang. Terinspirasi dari Recto-Verso-nya Mbak Dee, gue belajar untuk menguraikan bait demi bait lirik lagu yang juga doi ciptain, ke dalam sebuah alur narasi. Lagu ini sejak awal bulan lalu menjadi habitus yang hampir tiap hari pasti gue sempetin untuk nge-play, PERAHU KERTAS.

Terserah aja, paling juga nanti cuma dikomen alay lah, mendes lah, it’s no worries! Namanya juga belajar, agen neptunus pun harus taat aturan dan mengaplikasikan longlife learning skill yang sudah dipelajari di bangku pendidikan.

Perahu kertasku kan melaju, membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila, tapi ini adanya