Friday, May 17, 2013

Agentventure: Marathon Pantai-Pantai Jogja, Terapi Alternatif Pengusir Penat


Haloo Agentventurers...
Aku lupa kapan tepatnya bikin rencana untuk marathon pantai-pantai Jogja. Waktu itu kepikiran aja kayaknya seru juga ngunjungin pantai-pantai Jogja nan eksotis itu di satu hari. Karena kan letak pantai-pantai di sana nggak begitu kepalang jauh-jauh amat. Jadi, bukan ide buruk buat melancarkan misi tersebut. Namanya juga Agentventure meeen….

Nah, buat melancarkan misi itu, aku nggak mau sendiri. Bukannya cupu, tapi aku punya partner agen yang super beach-obsessed  yang pasti nggak bakalan nolak kalo diajakin ke pantai. Dia adalah my best partner in crime, Desi Wulansari yang akrabnya sih disapa Ciwul dan seperti dugaanku sebelumnya, dia nerima pinanganku buat melancarkan misi marathon pantai ini. Alasan sebenarnya sih karena kita lagi sama-sama penat dengan kesibukan di dunia muggle. Doi lagi hektik-hektiknya ngurusin kepanitiaan acara di kampusnya dan aku lagi puyeng ngurusin penelitian skripsi yang menuju deadline. Akhirnya terapi alam jadi alternatif kami buat mengusir penat dan melarikan diri dari kelamnya dunia muggle akhir-akhir ini.
Misi marathon pantai kami rilis pada hari minggu kuturut ayah ke kota. Bukan nyanyi, maksudnya emang bener, kita melancarkan misi ini pada Minggu 5 Mei kemarin itu (pokoknya ya kemarin itu deh…). Rencana yang tadinya mau berangkat sebelum subuh, udah ditawar duluan sama Ciwul.

Besok berangkatnya abis subuhan aja deh ya…
Kenapa? Kamu capek ya? Pasti takut nggak kebangun jam segitu…
Iya nih, badan remuk redam seharian soalnya…

Nggak tega juga kan maksain tetep berangkat sebelum subuh. Akhirnya kita sepakat berangkat setelah subuhan dan itupun tetep aja akhirnya molor karena jam 5.56 WIB kita baru take off dari rumahnya. Anw, gaya banget gue ya pake bahasa take off segala. Orang perginya aja naik motor, hahahaha. Nah, singkatnya kami berangkat deh jam segitu. Arah perjalanan ya search aja deh ya di internet pake keyword “pantai jogja” atau “pantai di Yogyakarta” pasti banyak deh recall-nya dan udah lengkap info petunjuk jalannya. Lagi males jadi penunjuk jalan nih…

Dua jam perjalanan dari kota Jogja ke arah Gunung Kidul, sampailah kami di destinasi pantai pertama kami. Tarraaaa…Pantai Sundak di depan mata. Kami sampai di sana masih cukup pagi sih ya, jam berapa ya lupa, sekitar jam 08.00 WIB deh. Masih sepi, kita parkir motor, bayar dua rebu perak, langsung deh cari spot…mapan tidur lagi. Enggak…enggak…tapi ya emang suasananya itu mendukung banget buat terlelap. Anginnya, suara deburan ombaknya, warna biru toskanya, semuanya sungguh terapis buat mata, hati dan pikiran. Rasanya tuh nyamaaaan banget, apalagi disamping gue ada dia, halah.

Pantai Sundak
Pantai Sundak ini bersih dan sudah dikelola dengan cukup baik. Warung-warung, pondokan semacam gazebo buat berteduh, toilet, mushola, tempat parkir pastinya, semuanya ada. Tersedia pula penginapan buat yang punya rencana menginap di tepi Pantai Sundak ini. Sayangnya kami belum sempat bertanya mengenai harganya. Ombak di pantai ini tidak terlalu besar, dan kita bisa berjalan hingga 50 meter ke bibir pantai karena airnya dangkal.  Banyak ikan-ikan kecil berenang-renang di antara karang-karang yang kita injak sepanjang bibir pantai. Buat yang kepengin main-main sama ikan, di Pantai Sundak ini juga ada penyewaan jaring atau jala kecil loh. Lagi-lagi harganya belum sempat kami tanyakan. Tapi yang jelas ada, udah gitu aja.

Senyumnya itu priceless banget...
Cukup lama kami mandek di Pantai Sundak, sekalian nunggu waktu dzuhur tiba. Berada di Pantai Sundak ini, sebenarnya kita juga bisa sekaligus menikmati tiga pantai sekaligus. Di sebelah timur Pantai Sundak adalah Pantai Indrayanti yang hanya dibatasi karang dan di sebelah barat ada Pantai Ngandong yang dari Sundak sudah keliatan orang-orang yang lagi berenang-renang di pantai itu. Jadi, kita dapet jackpot dong, three-point sekali tembak. Nggak banyak yang bisa diceritain tentang dua pantai itu karena kita cuma lihat sekelebat aja sih. Yang jelas Indrayanti itu lebih rame daripada Sundak. Di sana pengelolaannya lebih gila lagi. Warung-warung dan restoran lebih rapat berjejer di sepanjang tepi barat hingga timur pantai dan pengunjungnya pun lebih ramai bro. Sedangkan Pantai Ngandong, terlihat hampir mirip sktrukturnya dengan Sundak. Gugusan karangnya, lengkungan bibir pantainya, tekstur pasir putihnya yang kasar juga menurutku sama. Tiga pantai ini sepertinya masih satu geng gitu ceritanya.

Tampak belakang aja...
Di Pantai Sundak, aku sempat mengajak Ciwul buat naik ke tangga yang ada di bukit karang di sebelah timur. Ada sekitar 50 anak tangga yang kemiringannya sampai 80 derajat, keren kan? Sesampainya di atas, kirain apa gitu ya,  eh ternyata di sana sedang ada pembangunan semacam cottage yang belum jadi. Yah, akhirnya ya nggak jadi naik, cuma sebatas tangga aja. Kami nggak bertahan lama juga di atas tangga, karena panasnya mulai menyengat. Akhirnya kami turun, dan kembali ke bibir pantai lewat celah-celah karang. Ada tragedi cukup menggemparkan di sini saat Ciwul terpeleset turun lewat celah karang. Syukurlah tidak luka terlalu parah, tapi pasti pegel dan nyeri di kaki. Partnerku satu ini sih pasti kuat, dia itu strong karena selain anaknya Poseidon, juga salah satu anggota Power Puff Girls yang terbuang.

Ini dia perahu kertas kami
Kami juga melancarkan ritual yang biasa dilakukan dengan perahu kertas untuk melarungkan pesan ke bokapnya si agen satu, Neptunus. Setelah tulisanku yang sangat artistik di atas selembar kertas, dengan santainya Ciwul cuma bikin dua gambar gitu. Tapi dipikir-pikir, kreatif juga dia. Aku aja malah lupa kemarin itu nulis apaan di kertasnya, ampun deh. Setelah larung pesan itu selesai, kita kembali ke tepi pantai buat istirahat dan berteduh. Sampai waktu dzuhur tiba, kami pun bergegas ke mushola terdekat buat laporan sama Sang Pencipta alam semesta, bersyukur atas segala nikmat-Nya karena bisa menikmati sedikit pesona ciptaan-Nya yang sangat eksotis ini.

Setelah itu, kita lanjut ke destinasi pantai berikutnya. Motor bututku menderum di sepanjang jalanan Gunung Kidul yang naik turun belok kanan belok kiri itu. Beberapa kali orang yang aku boncengin menepuk sampai menggaplok punggungku tiap berpapasan dengan motor atau mobil lain.

Hati-hati, pelan-pelan…!!!” katanya.

Kami meluncur ke arah timur. Pantai berikutnya, sesuai dengan penunjuk arah yang terpampang nyata di jalan, adalah Pantai Siung. Memasuki akses jalan Pantai Siung, sampailah di pos pintu masuk dan kami membayar retribusi Rp6000,- untuk dua orang. Akses jalan menuju Pantai Siung sudah beraspal bagus dan tetep berkelak-kelok. Belum sampai pantai yang dituju, orang di belakangku bilang.

Pantai Jogan! Bukannya yang ada air terjunnya itu ya?
Hah? Nggak tau… Yaudah, ayok kita cobain ke sana…

Begitulah, akhirnya kita nyungsep dulu ke Pantai Jogan. Bayar parkir dua rebu perak, kita langsung turun ke pantai. Ternyata pantai ini ada sebuah air terjun atau dalam Bahasa Jawa disebut grojogan yang dinamai GrojoganManten. Tau artinya manten? Manten itu Bahasa Jermannya pengantin. Jadi, Grojogan Manten itu artinya adalah Air Terjun Pengantin. Jadi inget film horror nggak sih? Yang ada Tamara Blesznsky, hahaha.

Di Grojogan Manten, Pantai Jogan
Setelah turun ke grojogan itu, agen satu tak mampu menahan godaan untuk menikmati hantaman air terjun. Aku persilakan doi duluan buat mandi air terjun deh, terus narsis, terus difoto, yah gitu deh. Seneng rasanya lihat dia senyum selebar itu. Rasanya capek-capek dan penat itu terbayar, dan ya jelas bahagia lah. Akhirnya, aku bergabung menikmati air terjun berdua, yaa…berdua loh, mainan air, ketawa bareng, jangan ngiri yaa…

Pantai Jogan jadi awal basah-basahan kami (ampun deh bahasanya…). Setelah dari sini, kita langsung menuju destinasi awal kami yaitu Pantai Siung. Di sana masih cukup ramai meskipun hari begitu terik. Setelah parkir motor dan lagi-lagi bayar dua rebu perak, kami langsung berjalan menuju pantai. Sudah basah kan ya tadi ceritanya, makanya kita langsung aja melanjutkan basah-basahan dan berendam di pantai ini. Ombak Pantai Siung kecil, dan tertahan oleh karang-karang di depan sana sehingga di bibir pantai airnya cukup tenang. Itu jadi lahan basah kami untuk bermain-main air pastinya. Aku berendam ala kuda nil, dengan seluruh badan masuk air dan hanya kepala yang nongol. Sedangkan Ciwul sok-sokan berendam ala putri duyung gitu. Nggak usah dijelasin ya, ntar kepedean dan kalian ngiri lagi bacanya, hahaha.

Pantai Siung
Dengan badan sedikit menggigil, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi akhir, Pantai Wediombo untuk menikmati sunset sekaligus mandi air tawar dan ganti baju. Sampai di Wediombo sekitar pukul 16.00 WIB, setelah membayar retribusi Rp8000,- termasuk parkir, kami pun langsung mandi bergantian, ganti baju dan sholat asar. Rencananya di sini aku mau sekalian ngecas batere kamera eh ternyata di sini belum ada listrik dan hanya ada genset yang nyalanya cuma malem. Ini nih, akibat kurang persiapan dan kurang membaca informasi sebelum perjalanan.

Akhirnya kami menepi ke bibir pantai dan tidak bisa merekam momen matahari terbenam itu dengan tools. Hanya bisa merekamnya dengan mata dan hati kami. Bersyukur kamera henpon Ciwul masih bisa mengabadikan beberapa momen nan eksotis saat sunset itu meskipun akhirnya sekarat juga kehabisan batere. Jadi, setelah itu kami menikmati proses sang matahari itu menenggelamkan diri di ufuk barat sana. Tentunya ada kekuaatan mahadahsyat yang mengatur semua itu. Tak henti kami bertasbih dan mengucap syukur karena bisa menikmati keteraturan fenomena alam ciptaan-Nya ini. Momen ini romantis banget loh, beneran deh. Setelah seharian berkeliling melancarkan misi marathon pantai-pantai Jogja, diakhiri dengan menikmati sunset berdua di tepi pantai kayak gini, bayangin aja. Menguap…menguap…deh. Satu lagi yang bikin sadar, ternyata melihat dia senyum pun bisa menjadi terapi buat pengusir kepenatan. Semoga dia tahu… dan pastinya misi berpetualang kali ini…Agentventure banget meeen…

Sunset di Pantai Wediombo

Yogyakarta, 5 Mei 2013

No comments:

Post a Comment