Haloo Agentventurers... |
Nah, buat melancarkan misi itu, aku nggak mau sendiri.
Bukannya cupu, tapi aku punya partner agen yang super beach-obsessed yang pasti
nggak bakalan nolak kalo diajakin ke pantai. Dia adalah my best partner in crime, Desi Wulansari yang akrabnya sih disapa
Ciwul dan seperti dugaanku sebelumnya, dia nerima pinanganku buat melancarkan
misi marathon pantai ini. Alasan sebenarnya sih karena kita lagi sama-sama
penat dengan kesibukan di dunia muggle.
Doi lagi hektik-hektiknya ngurusin kepanitiaan acara di kampusnya dan aku lagi
puyeng ngurusin penelitian skripsi yang menuju deadline. Akhirnya terapi alam
jadi alternatif kami buat mengusir penat dan melarikan diri dari kelamnya dunia
muggle akhir-akhir ini.
Misi marathon pantai kami rilis pada hari minggu kuturut ayah ke kota. Bukan nyanyi, maksudnya
emang bener, kita melancarkan misi ini pada Minggu 5 Mei kemarin itu (pokoknya
ya kemarin itu deh…). Rencana yang tadinya mau berangkat sebelum subuh, udah
ditawar duluan sama Ciwul.
“Besok berangkatnya
abis subuhan aja deh ya…”
“Kenapa? Kamu capek
ya? Pasti takut nggak kebangun jam segitu…”
“Iya nih, badan remuk
redam seharian soalnya…”
Nggak tega juga kan maksain tetep berangkat sebelum subuh.
Akhirnya kita sepakat berangkat setelah subuhan dan itupun tetep aja akhirnya
molor karena jam 5.56 WIB kita baru take
off dari rumahnya. Anw, gaya
banget gue ya pake bahasa take off segala.
Orang perginya aja naik motor, hahahaha. Nah, singkatnya kami berangkat deh jam
segitu. Arah perjalanan ya search aja deh ya di internet pake keyword “pantai
jogja” atau “pantai di Yogyakarta” pasti banyak deh recall-nya dan udah lengkap info petunjuk jalannya. Lagi males jadi
penunjuk jalan nih…
Dua jam perjalanan dari kota Jogja ke arah Gunung Kidul,
sampailah kami di destinasi pantai pertama kami. Tarraaaa…Pantai Sundak di
depan mata. Kami sampai di sana masih cukup pagi sih ya, jam berapa ya lupa,
sekitar jam 08.00 WIB deh. Masih sepi, kita parkir motor, bayar dua rebu perak,
langsung deh cari spot…mapan tidur lagi. Enggak…enggak…tapi ya emang suasananya
itu mendukung banget buat terlelap. Anginnya, suara deburan ombaknya, warna
biru toskanya, semuanya sungguh terapis buat mata, hati dan pikiran. Rasanya
tuh nyamaaaan banget, apalagi disamping gue ada dia, halah.
Pantai Sundak |
Senyumnya itu priceless banget... |
Tampak belakang aja... |
Ini dia perahu kertas kami |
Setelah itu, kita lanjut ke destinasi pantai berikutnya.
Motor bututku menderum di sepanjang jalanan Gunung Kidul yang naik turun belok
kanan belok kiri itu. Beberapa kali orang yang aku boncengin menepuk sampai
menggaplok punggungku tiap berpapasan dengan motor atau mobil lain.
“Hati-hati,
pelan-pelan…!!!” katanya.
Kami meluncur ke arah timur. Pantai berikutnya, sesuai
dengan penunjuk arah yang terpampang nyata di jalan, adalah Pantai Siung.
Memasuki akses jalan Pantai Siung, sampailah di pos pintu masuk dan kami
membayar retribusi Rp6000,- untuk dua orang. Akses jalan menuju Pantai Siung
sudah beraspal bagus dan tetep berkelak-kelok. Belum sampai pantai yang dituju,
orang di belakangku bilang.
“Pantai Jogan! Bukannya yang ada air terjunnya itu ya?”
“Hah? Nggak tau… Yaudah, ayok kita
cobain ke sana…”
Begitulah, akhirnya kita nyungsep dulu ke Pantai Jogan.
Bayar parkir dua rebu perak, kita langsung turun ke pantai. Ternyata pantai ini
ada sebuah air terjun atau dalam Bahasa Jawa disebut grojogan yang dinamai GrojoganManten. Tau artinya manten? Manten itu Bahasa Jermannya pengantin. Jadi,
Grojogan Manten itu artinya adalah Air Terjun Pengantin. Jadi inget film horror
nggak sih? Yang ada Tamara Blesznsky, hahaha.
Di Grojogan Manten, Pantai Jogan |
Pantai Jogan jadi awal basah-basahan kami (ampun deh
bahasanya…). Setelah dari sini, kita langsung menuju destinasi awal kami yaitu
Pantai Siung. Di sana masih cukup ramai meskipun hari begitu terik. Setelah
parkir motor dan lagi-lagi bayar dua rebu perak, kami langsung berjalan menuju
pantai. Sudah basah kan ya tadi ceritanya, makanya kita langsung aja
melanjutkan basah-basahan dan berendam di pantai ini. Ombak Pantai Siung kecil,
dan tertahan oleh karang-karang di depan sana sehingga di bibir pantai airnya
cukup tenang. Itu jadi lahan basah kami untuk bermain-main air pastinya. Aku
berendam ala kuda nil, dengan seluruh badan masuk air dan hanya kepala yang
nongol. Sedangkan Ciwul sok-sokan berendam ala putri duyung gitu. Nggak usah
dijelasin ya, ntar kepedean dan kalian ngiri lagi bacanya, hahaha.
Pantai Siung |
Akhirnya kami menepi ke bibir pantai dan tidak bisa merekam
momen matahari terbenam itu dengan tools.
Hanya bisa merekamnya dengan mata dan hati kami. Bersyukur kamera henpon Ciwul
masih bisa mengabadikan beberapa momen nan eksotis saat sunset itu meskipun
akhirnya sekarat juga kehabisan batere. Jadi, setelah itu kami menikmati proses
sang matahari itu menenggelamkan diri di ufuk barat sana. Tentunya ada
kekuaatan mahadahsyat yang mengatur semua itu. Tak henti kami bertasbih dan
mengucap syukur karena bisa menikmati keteraturan fenomena alam ciptaan-Nya
ini. Momen ini romantis banget loh, beneran deh. Setelah seharian berkeliling
melancarkan misi marathon pantai-pantai Jogja, diakhiri dengan menikmati sunset
berdua di tepi pantai kayak gini, bayangin aja. Menguap…menguap…deh. Satu lagi
yang bikin sadar, ternyata melihat dia senyum pun bisa menjadi terapi buat
pengusir kepenatan. Semoga dia tahu… dan pastinya misi berpetualang kali ini…Agentventure
banget meeen…
Sunset di Pantai Wediombo |
Yogyakarta, 5 Mei 2013
No comments:
Post a Comment