Museum Ullen Sentalu |
Petualangan
kali ini cukup unik dan lain daripada sebelumnya. Kami berkunjung ke sebuah
museum (dibaca mu-se-um bukan mesum plis ya...) yang berada di kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Museum ini
dikelola oleh swasta sehingga untuk sebuah museum, harga tiket masuknya pun
cukup mahal dua puluh lima rebuu meeeen… Tapi apakah harga segitu sebanding
dengan apa yang kami dapat di dalam museum ini? Let’s check this out! Our agentventure to the Museum Ullen Sentalu.
Minggu
pagi-pagi dapat sms dari partner agen super mendes ngabarin kalo hari ini jadinya main ke Museum Ullen Sentalu.
Malamnya, kami sempat membahas soal rencana minggu pagi mau pergi kemana.
Sebenernya ini ide dari dua rekan kami, “Si Lunglit” Nika dan “Mbak Larva”
Riri. Setelah melewati proses cukup panjang, dapatlah fiksasi destinasi trip
kita hari ini. Ullen Sentalu…here we
come!
Meeting point kali ini di rumah Mbak Larva di daerah mana tau lupa deh, pokoknya Jogja. Hahaha. Setelah keempat pasukan berkumpul, berangkatlah kami tempat persembunyian “larva” ini sekitar pukul 10.30 WIB. Meluncur dengan dua matic beda merek, kami menelusuri jalanan Kaliurang perlahan, santai sampai tergesa-gesa.
Tiga puluh
menit perjalanan, motor kami memasuki gerbang masuk kawasan wisata Kaliurang
dan membayar retribusi Rp7.000,- untuk pengendara motor berboncengan. Limabelas
menit kemudian, sampailah kami di area parkir Museum Ullen Sentalu. Area
parkirnya masih belum terkelola maksimal. Padahal biasanya pihak swasta selalu
teliti dan detail untuk hal-hal demikian. Yah, mungkin masih dalam tahap
pengembangan. Prasangka baik aja kali ya…
Kami membeli
tiket masuk seharga Rp25.000,- dan mendapat clue untuk mencari pemandu kami
yang bernama “Mbak Ria”. The tour has
begin… kami mengikuti rombongan yang berjumlah sekitar 13 orang dengan satu
pemandu menyusuri lorong-lorong museum. Mbak Ria menceritakan setiap sisi
pernak-pernik dan ornament yang ada di dalam museum. Beberapa kali doi
menceritakan tentang sejarah dari Kerajaan Mataram Islam. Mulai dari ruangan
berisi gamelan, lukisan-lukisan, silsilah keluarga kerajaan, ruangan berisi
puisi-puisi dari Nyi Ageng Ratu Pembayun, sampai ruangan yang berisi kain-kain
batik dengan berbagai filosofi corak dan motifnya. Pemandu kece kami pun
menceritakan setiap karakter dari tiap corak dan motif kain batik ini.
Tur selama
50 menit ini berakhir di depan (bisa dibilang) toko yang ada di dalam area
museum. Oh iya, pesan buat Mbak Lia,”Plis
ya mbak, kalo njelasin jangan terlalu cepat. Yang ada kita bingun sendiri
sebenernya, nggak ngerti apa yang mbak jelasin. Apa mungkin karena terbatas
waktu ya? Tapi kita udah bayar yang menurut kami ‘cukup mahal’ loh untuk bisa
menikmati apa yang ada di dalam museum ini.”
Di sini gak boleh foto loh... |
Di dalam
area museum, tidak diperkenankan mengambil dan merekam gambar, hanya di
beberapa tempat yang diizinkan. Namun, naluri jailku muncul, beberapa kali aku
rekam dan mengcapture momen-momen di dalam area terlarang di dalam museum.
Tentunya bareng my best partner in crime,
si ciwul dong. Gila aja udah bayar
dua puluh lima rebu cuma buat dengerin mbak-mbak nyerocos doang? Mending
dengerin Jiz FM, gratissss. Gak mau rugi kita…
Balik lagi
ke museum, Ullen Sentalu ini diresmikan pada 1 Maret 1997 ini langsung oleh
Paku Alam VIII yang menjabat sebagai Gubernur DI Yogyakarta. Dibangun atas
dasar kepedulian untuk melestarikan khasanah budaya jawa yang elok dan penuh
nilai-nilai adiluhung. Di dalam museum ini memang lebih banyak membahas
mengenai kehidupan putri-putri keraton. Banyak terpampang lukisan-lukisan dan
patung-patung yang mencerminkan perwujudan nilai-nilai feminis putri-putri
jawa. Kita juga sempat berisitirahat sejenak dan mendapat suguhan wedang jahe dari pihak museum. Yah,
cukup segar lah suguhannya.
Aku, riri, mbak ria, ciwul, nika |
Gue orang jawa dan partner agen gue juga
jowo banget, tapi gue yakin banget, baik gue maupun si ciwul ini lebih banyak
bengak-bengok nggak ngertinya tentang sejarah yang ada di Ullen Sentalu
ini. Ternyata kami masih harus
banyak-banyak belajar…
Ada satu hal
yang menarik perhatianku di Museum Ullen Sentalu ini. Lukisan-lukisan yang
terpampang di sepanjang dinding museum, mulai dari yang ukuran kecil sampai
super jumbo. Aku memang tertarik dengan lukisan, suka guratan-guratan kuas dan
cat yang dituangkan para pelukis itu di atas kanvas. Lukisan yang ada di museum
ini sebenarnya terlihat sederhana, oil on
canvas, dengan teknik yang juga lumayan tidak begitu rumit menurutku. Tapi
tetap saja, nilai seni dari lukisan ini begitu terasa, mereka semua bercerita,
dan lukisan yang bercerita ini selalu menarik buatku. Iseng bertanya pada mbak
pemandu tentang siapa pelukis dari lukisan-lukisan itu tapi jawabannya,”Itu dari tim Ullen Sentalu, Mas. Kami tidak
boleh menyebut nama.” Ya sudahlah, mungkin mereka menjaga hak cipta dan
menjaga privasi para pelukisnya. Suatu saat
tunggu aja ya, bakal gue ungkap siapa pelukisnya…
Latar toko dan cafe di area museum |
Kami
berempat masih berkeliaran di area museum setelah tur berakhir. Mencari
tempat-tempat yang menarik untuk berpose, tentunya di tempat yang diizinkan.
Capek berkeliling, kami berhenti sejenak di depan sebuah relief besar yang
mengisahkan tentang “mmmm…gatau” dan terpampang secara miring, unik. Beberapa
kali merekam dan mengcapture foto di sini.
Latar relief yang terpampang miring |
Hari semakin
siang dan perut kami mulai berguncang minta pelampiasan. So, kita mencari pintu
keluar dan masih sempat berpose di area kolam yang di atasnya berdiri tiga
patung yang juga “bercerita”. Ceritanya apa? Cari aja di internet…
Ini patungnya... |
Berakhirlah
petualangan kami di Museum Budaya Jawa Ullen Sentalu hari itu. Apakah setelah
keluar dari museum, kami jadi jowo banget? Nggak juga tuh, hahaha. Gue pribadi
kurang puas dengan apa yang didapet di dalam museum dengan duapuluh lima ribu
itu, tapi yang jelas mencintai budaya sendiri dan menjaga khasanahnya agar
tetap terawat dengan baik sebagai warisan anak cucu adalah hal yang mulia
meeen…
Dan yang
paling penting, jalan-jalan bareng partner agen neptunus tercinta satu ini
emang seru, seru karena ada aku ya…hahaha.
Ullen
Sentalu, Kaliurang, 10 Februari 2013
No comments:
Post a Comment