Friday, December 14, 2012

Dapatkah Thou kembali menjadi It?


I and Thou | gambar: gfxtra.com
Pandangan filsafat Martin Buber tertuang dalam sebuah buku, yang tidak terlalu tebal untuk sebuah buku filsafat, berjudul I and Thou. Pandangan utamanya dalam buku ini menyatakan bahwa awal dari segala sesuatu adalah relasi. Manusia hidup dalam relasi. Baginya, all real living is meeting, manusia akan hidup terisolir jika tanpa melakukan relasi apa-apa. Relasi yang pertama adalah I-It, dan yang kedua adalah I-Thou.
I-It adalah ketika manusia berelasi baik dengan alam ataupun manusia, namun ia berelasi secara tidak menyeluruh. Maksudnya manusia berelasi dengan yang lain sebagai objek. Kita menyukai suatu objek karena atribut-atribut tertentu dari objek tersebut. Ini berbeda dengan I-Thou, yang merupakan sebuah relasi yang menyeluruh, maksudnya adalah manusia berelasi dengan yang lain sebagai subjek, dan hal itu sulit untuk menjelaskan kenapa kita bisa berelasi karena kita berelasi secara menyeluruh, dan bisa dibilang semua itu berasal dari anugerah (grace). Kita menyukai sesuatu bukan karena atribut tertentu dari sesuatu tersebut melainkan secara menyeluruh dan membuat kita tidak tahu kenapa kita menyukai sesuatu tersebut. 

Apabila kita melihat I-It dan I-Thou, kita merasakan bahwa semua itu bertolak belakang. Relasi I-It suatu ketika bisa menjadi I-Thou, kembali lagi ke I-It dan seterusnya. Itu menjelaskan bahwa relasi I-It dan I-Thou adalah keadaan saat ini, bukan masa lalu atau masa depan. 

Bagaimana Thou bisa berubah kembali menjadi It? Jawabannya adalah ketika kita kembali memikirkan kembali atribut-atribut yang dimiliki oleh Thou. Contohnya adalah ketika kita menyukai lawan jenis kita, sampai pada tahap kita sudah bisa mencintainya dengan menyeluruh tanpa mempedulikan apapun tentang dia, tanpa alasan apapun, dan bahkan kita tidak tahu kenapa kita menyukainya. Kita sudah tampil secara menyeluruh di hadapannya tanpa diminta. Relasi I-Thou itu sudah terjadi. Kemudian di satu titik, kita memikirkan tentang alasan-alasan kita menyukainya, karena kecantikannya, keindahan tubuhnya, kebaikan budi pekertinya, ketaatannya, dan sebagainya. Hal itu akan menjadikan kita tampil di hadapannya berdasarkan atribut-atribut yang sudah kita konsepsikan padanya. Kita kembali tidak tampil secara tidak menyeluruh karena secara tidak sadar relasi kita terpengaruh oleh konsepsi awal kita tehadapnya. Hanya satu relasi I-Thou yang tidak mungkin berubah menjadi It yaitu relasi terhadap Tuhan. Menurut Buber, itu adalah relasi yang abadi tanpa atribut apapun.

No comments:

Post a Comment