Friday, December 14, 2012

Absurd Hero dalam Mythe of Sisyphus

Sisyphus | gambar: photobucket.com

Di dalam “Mythe of Sisyphus” karya Albert Camus, ada bagian yang membahas mengenai manusia absurd. Pada bagian ini, Camus menginterpretasikan atau lebih tepatnya merefleksikan pemikirannya tentang absurditas dalam tiga kisah menarik. Kisah-kisah ini memberi pemahaman rumit tentang manusia absurd itu. Saya merasa ikut menjadi absurd atau mungkin sayalah absurd hero itu ketika membaca ke-absurd-an pemikiran Camus dalam tiga kisah manusia absurd tersebut.
Pertama, seorang Don Yuan pecinta wanita yang sebenarnya biasa saja, tapi karena kebiasasajaannya itulah dia menjadi menonjol. Dia mencintai banyak wanita dan bukan tanpa alasan melakukannya. Ada dorongan dalam dirinya yang berkata bahwa mengapa orang harus mencintai jarang-jarang untuk dapat mencintai sungguh-sungguh? Dari sanalah muncul pengalaman dan pengalaman itu ingin selalu terulang.

Pada intinya, Don Yuan memiliki pemikiran tersindiri melampaui pemikiran-pemikiran yang telah ada dan terkesan menyimpang dari kaidah yang dicetuskan. Tapi bagaimanapun, Don Yuan menolak pemikiran cetusan, dia hidup dalam pemikirannya. Dia memilih menjadi dirinya dan bahagia karenanya. Orang lain menganggapnya gila dengan gaya hidupnya dengan banyak wanita. Tapi dia menikmati setiap nikmat yang seharusnya dia nikmati dan menikmatinya dengan nikmat yang dia refleksikan dalam hidupnya
.
Absurditas dalam diri seorang Don Yuan membawanya untuk memilih untuk tidak menjadi apa-apa di hidupnya. Cinta membawanya pada kebebasan. Dia membawa pemikiran absurd tentang cinta dan itu bisa jadi di luar etika baik buruk di masyarakat. Dia menunjukkan etikanya sendiri dan kemudian tenggelam dalam waktu yang menjadi musuh utama absurditas. Dia sadar bahwa pada akhirnya mati akan segera menjemput diawali dengan tubuh yang menua dan kemampuannya mencinta pun tak pernah berkurang. Baginya cinta adalah kebebesan dan kebebasan itulah yang membuatnya abadi.

Kedua, kisah seorang aktor yang hidup dalam kefanaan. Jalan hidup yang dia jalani adalah suatu ke-absurd-an yang nyata. Menjadi seorang aktor (pemain sandiwara) berarti menjadi sosok yang lain dalam sosok yang sudah ada dalam rentang waktu yang sama dan pada akhirnya mencapai suatu titik penyampaian pesan dari dirinya sendiri. Para aktor memilih suatu kemuliaan yang mengorbankan diri. Mengorbankan diri dalam artian dia menjadi dirinya dalam ketidakmenjadidiriannya. Dia memang sangat absurd.

Absurditas yang digambarkan kisah ini mengarah pada penyangkalan pada diri sendiri. Diri yang sama meskipun demikian berbeda karena begitu banyak jiwa dalam satu tubuhnya. Itulah yang kemudian menunjukkan kontradiksi dari absurd itu sendiri. Individu yang ingin mencapai semuanya dan mengalami semuanya. Padahal itu hanya akan sia-sia. Namun demikian, peran itu tetap dilakukan dan dijalaninya.

Ketiga, kisah tentang sang penakluk. Saya paling terkesan dengan kisah sang penakluk ini. Pemikiran Camus tentang absurd pada kisah ini sangat menarik karena menyangkut dua pertentangan abadi manusia; melayani atau dilayani; menguasai atau dikuasai; menghancurkan atau dihancurkan; pemberani atau pecundang, dan sebagainya. 

Di sini digambarkan pertentangan dalam diri individu, tentang penaklukan diri sendiri. Entah mengapa, menurut pendapat saya dalam setiap pemikiran absurd dari Camus selalu meletakkan pilihan-pilihan pada tokohnya. Mungkin karena pilihan-pilihan itulah yang memang menjadikannya sosok absurd yang eksistensialis, menjadi dirinya sendiri dalam ke-absurd-annya. 

Saat harus memilih antara renungan atau tindakan dan pada akhirnya terpilih tindakan, maka tindakan akan menaklukkan renungan. Akantetapi bukan berarti renungan itu hilang sepenuhnya dari individu. Dia tetap muncul dalam skala kecil. Para penakluk adalah yang paling mampu. Paling mampu dalam tataran yang sama menurut konsensus, karena kekuatannyalah yang membuatnya hidup.

Di akhir kisahnya, Camus mengemukakan bahwa pemikiran absurd ini memang diperlukan. Pemikiran absurd adalah daya imajinasi. Imajinasi dapat menambahkan banyak hal lain, yang terikat pada waktu dan pengasingan, yang juga dapat hidup dalam ukuran dunia tanpa masa depan dan tanpa kelemahan. Kemudian dari tokoh-tokoh di atas, Camus mengemukakan bahwa yang paling absurd adalah sang pencipta. Bisa jadi karena sang penciptalah yang menciptakan ciptaan-ciptaan yang menciptakan ke-absurd-an itu.  

Ketiganya bagi saya adalah absurd hero dalam dunianya masing-masing. Mereka absurd hero dalam konteksnya sendiri dan pemikirannya sendiri karena untuk absurd hero sendiri mereka adalah subjek yang terlempar dari dunia biasa dengan pemikiran luar biasa dan hidup dengan pemikirannya itu.

No comments:

Post a Comment