Hufflepuff dan Slytherin | edited by: ambarr |
I just want you to know, I’m ready to make a
change! In the end, it’s all nice.
Langkah baru, semangat baru, lembaran baru dan
motivasi baru untuk masa depan yang lebih baik. Hari ini, sangat amazing
untukku dan semoga untuknya. Sebuah refleksi perjalanan dan likuan hidup baru
saja dimulai. Malam ini aku lahir baru. Apa? Berapa umur kamu? Bukan…bukan
tentang itu.
Beberapa kali matamu menyipit. Menunggu
penjelasan. Kata-kata yang luar biasa tidak terstruktur dari mulutku meluncur
begitu saja. Tawamu menggelak lepas tapi kemudian kembali mengatur napas. Pupil
matamu membesar. Menunggu aliran darah mengisi rongga-rongga otak yang seperti
kekurangan oksigen. Kata-kataku terbata tapi pasti dan aku pun semakin
memelankan intonasi suaraku. Aku seonggok daging yang menunggu eksekusi.
Gitar butut yang putus satu senarnya kumainkan
tak tentu nadanya. Dadaku berkecamuk, ingin menyeruak dan mengungkapkan semua
isinya tapi kata-kata seperti keluar nyaris tanpa terkontrol. Alam bawah sadar
sepertinya sudah mendominasi alam sadarku. Tapi aku sadar dan tahu betul setiap
kata yang muncul dari bibir keringku.
Kamu ingin tahu ada rahasia di balik
kata-kataku. Tersirat begitu saja tapi aku yakin kamu mengerti. Kembali aku
merapikan dudukku. Menyingkap bulir keringat di kening. Bulu kudukku meremang
terserang hawa dingin atap kosanku. Ya, aku duduk di sana, sendiri.
Dua kata, tiga, empat, lima dan seterusnya
mengalir tak teratur. Aku terlihat begitu bodoh malam ini. Aku selalu begitu,
untuk hal demikian. Dan inilah saatnya aku mengemas ucapanku satu per satu.
Kamu tergelak saat kata-kata itu keluar dari mulut gemetarku.
Sekarang aku butuh cermin yang memantulkan
apapun yang aku sampaikan. Kamulah itu. Aku hanya perlu memberi penjelasan,
mengurutkannya menjadi rangkaian 5 W 1 H yang justru kacau. Napasmu kembali
teratur, mungkin kau mengatur kembali dudukmu pula. Kamu hanya butuh kalimat
tanya, setelah ungkapan kata-kataku.
Sejenak kamu terdiam. Begitu pula denganku.
Sama-sama menerawang ke alam pikiran masing-masing. Kemudian kembali sama-sama
tergelak, menertawakan hidup. Kemarin kita sama-sama menertawakan takdir.
Kehidupan yang terlihat begitu absurd dengan tingkat monotonitas tinggi. Namun
kamu menegurku dengan gelakmu. Kita dewasa tapi masih kekanak-kanakan.
Malam terus mengalun, mengiringi setiap getir
aliran darah yang mungkin terlihat membeku di ujung bibir. Bulan separo di tepi
timur horison terlihat seperti makhluk yang menertawakanku. Kamu hanya butuh
kalimat tanya setelah ungkapan kata-kataku.
Dan kalimat tanya itu pun keluar.
Iya.
Kini aku tak lagi menyayangimu dalam diam.
Mencintai dalam bisu dan kehampaan. Tak perlu lagi menunggu kepastian karena
aku pasti ada. Ya, aku ada dan bukan mengadakan. Setiap jengkal perasaan yang
terlontar dengan tak teratur sebelumnya lambat laun tertata rapi.
Pupil matamu mengecil. Kudengar suaramu terisak
dan berkata terbata. Kudengar itu luapan rasa bahagia kita. Bibirku masih
kering. Tak seharusnya aku banyak bicara. Yang kamu butuhkan saat ini hanya
diam. Diam dan mengawangkan alam pikiran masing-masing untuk merasukkan hawa
cinta.
Tuhan berkehendak. Kita yang menentukan dan
merencanakan. Ini awal perencanaan kita.
The
journey of the thousands miles begins with the single step. (Confucius)
Ucapkan salam pada dunia. Hati kita berdua
melangkah menuju setiap awal perubahan yang lebih baik dan mengakhirinya dengan
senyuman yang terkembang di balik hangatnya matahari senja. Mari berlayar
mengarungi samudera kehidupan yang Tuhan ciptakan. Kita yang menentukan arah
kemana perahu kita akan berlabuh. Kita kendalinya, nyalakan radar neptunus dan
kita akan menemukan setiap jengkal kebahagiaan di ujung dunia.
It’s a
journey, you say, an illusion of a journey
Now we
can’t see where it ends and where it starts
It’s
our life and our love that you wish to have, where you wish to be.
With love, DW.
With love, DW.
Selamat berlayar dua agen neptunus! Nakhodai perahu kertas kalian dengan cita, cinta, mimpi dan harapan!
Jog—Ja'karta, 8 September 2012, 00.29 WIB
No comments:
Post a Comment