Paradoks terjadi di mana saja. | sumber: the-markteers.com |
Sering kita merasa kecewa karena apa yang kita
peroleh tidak seperti yang kita harapkan. Ketahuilah karena memang manusia tak
ada kata puas. Selalu menuntut lebih, selalu mengharapkan yang terbaik tapi
kurang merespon pada diri sendiri. Sudah seharusnya kita melihat ke dalam,
jangan hanya menuntut setiap output-input saja. Bahwa di antara dua elemen itu
ada yang namanya proses. Sudahkah kita berlaku optimal dalam memproses setiap
output yang kita terima?
Sungguh naif ketika orang menganggap bahwa orang
lain tidak lebih baik dari kita. Merasa paling benar, paling sempurna dan
merasa paling berkontribusi. Setiap komponen dalam hidup memiliki keterkaitan
yang paralel. Tidak semudah itu mengatakan bahwa kita yang paling berperan
dalam suatu hal. Pasti ada komponen lain yang menjadi faktor x dan faktor y
bahkan faktor-faktor lain niscaya muncul dengan sendirinya.
Benar bahwa manusia memang makhluk paling
sempurna di antara semua makhluk di muka bumi ini. Sekaligus makhluk yang
paling tidak sempurna dalam mengelola dan memanfaatkan kesempurnaannya. Banyak dari
kita yang merasa selalu kurang padahal dirinya berkecukupan bahkan lebih. Ada pula sebaliknya. Dunia dipenuhi
oleh segala hal yang paradoksial.
Hal kecil dibesar-besarkan. Hal besar dianggap
tak ada dan lebih parah lagi menganggap bahwa sudah tidak ada lagi korelasi
antara otak dan rohani. Ketidaksinkronan itulah yang pada akhirnya menghasilkan
pola pikir pendek dan absurd yang berbuntut pada keputus-asaan, kegalauan dan
merasa disia-siakan.
*Curahan hati seorang sahabat, aktivis, penulis kolom sekaligus kakak gue.
Jakarta, 21 September 2012
Bunker Perpustakaan UI
No comments:
Post a Comment