Monday, July 30, 2012

Lelaki yang Ditunggu Dunia

sumber: montgomerytoday.blogspot.com
Saat ini dunia berharap pada para pria yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan mengikuti banyak pelatihan, mencermati perkembangan terakhir yang ada di dunia ini dan menganalisis berbagai peristiwa daripada mereka yang sibuk berhura-hura, pergi ke salon, menata rambut, mempermak wajah dan memperkaya aksesorisnya.

Dunia, jauh lebih berharap kepada seorang pria yang peduli akan lingkungannya, kepada permasalahan bangsanya, ketimbang pria yang menghabiskan uangnya untuk memepercantik kulitnya.

Haha, bentar-bentar…sebenarnya apa yang sedang kita omongin ya? Oiya, saya coba jelaskan, sebenernya kita sedang membahas tentang pria uberseksual. Apa itu? Emang tu juga istilah baru. Apa sama dengan pria metroseksual? Apa malah homoseksual? Uberseksual, kalau dengan istilah metroseksual ya hampir-hampir mirip lah tapi kalau dengan istilah homoseksual, hmmmm kayaknya jauh deh. Hahaha

Istilah uberseksual itu diciptakan oleh sosiolog Amerika, Marian Salzman. Ehmm, sebenarnya istilah metroseksual juga diciptakan olehnya dan dia pulalah yang membunuh sitilah eh istilah tersebut. Istilah ini berasal dari bahasa Jerman, ‘uber’ yang berarti ‘segalanya, unggul, superior’ dan bahasa latin ‘sexus’ yang artinya ‘gender’. Jadi lelaki uberseksual bisa diartikan sebagai ‘lelaki yang mempunyai sifat dan karakter unggul dan superior’.

Menurut Marian Salzman, lelaki uberseksual adalah lelaki yang menggunakan aspek positif maskulinitas, seperti kepercayaan diri, kepemimpinan dan kepedulian terhadap ohrang lain di kehidupannya. Pria ini lebih sangat peduli pada nilai-nilai dan prinsip hidupnya dan lebih memilih untuk memeperkaya ilmju dan wawasannya di sela-sela waktu kososng yang ia miliki. Nah, pada saat ini dunia membutuhkan sosok lelaki dengan karakter yang telah disebutkan di atas.

Saya akan mencoba mengambil anekdot tentang lelaki uberseksual dan metroseksual karena pengertian keduanya kadang disamakan tapi sebenarnya jauh berbeda.
Jika lelaki metroseksual membelanjakan uangnya untuk ke salon atau bersenang-senang di mall, pria uberseksual menginvestasikan uangnya di bisnis, lembaga social atau keagamaan.
Jika lelaki metroseksual lebih nyaman berada di gym untuk memebentuk ototnya, pria uberseksual lebih senang menjejakkan kakinya ke lumpur, berkutat dengan masalah erosi pantai.
Jika lelaki metroseksual memeperbincangkan masalah mode terbaru, pria uberseksual memeperbincangkan masalah moral yang makin parah di bangsa ini.
Jika lelaki metroseksual lebih memilih berhura-hura di akhir pekannya, pria uberseksual mendatangi perpustakaan untuk mengisi otaknya dengan berbagai wawasan.
Namun, walau mereka sekokoh karang dalam meyakini prinsip-prinsip hidupnya, mereka juga adalah pria-pria yang hangat dan tidak kaku. Mereka memang tidak menangis jika menonton sinetron-sinetron kacangan di TV atau ditolak oleh wanita yang dicintainya, tapi mereka akan menangis jika melihat ketidakadilan terjadi dimana-mana, atau sangat terharu jika ada bencana yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang miskin. Mereka begitu peduli dengan orangtuanya dan kawan-kawannya.

Itulah kualitas seorang lelaki uberseksual. Mereka kaya dan memanfaatkan kekayaannya untuk kebaikan dunia. Mereka tenar dan memanfaatkan ketenarannya untuk mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mereka cerdas dan memanfaatkan kecerdasannya untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Mereka stylish dan rapi, tetapi tidak berlebihan. Mereka berhati hangat tapi tidak cengeng. Mereka tidak hanya memikirkan penampilannya, keluarganya, atau bisnisnya, tetapi juga memikirkan bangsanya. Mereka memiliki mimpi-mimpi untuk dunia ini dan bekerja keras mewujudkannya. Itulah para lelaki uberseksual.

Itulah para LELAKI MASA DEPAN…

Mereka…adalah para lelaki yang ditunggu dunia….

Terimakasih:
Wahyu Awaludin dan Marian Salzman

No comments:

Post a Comment