Friday, July 20, 2012

Ekspedisi Puncak Ciremai: Jalur Unik Via Linggarjati

Trek Tanjakan Seruni, Via Jalur Linggarjati
Liburan memang selalu menyenangkan dan akan lebih bermanfaat jika kita menemukan cara yang tepat untuk menghabisinya. Setuju gak temen-temen? Harusnya sih setuju dong…

Aku  mau share pengalaman mendaki ke Gunung Ciremai kemarin pada 6—8 Juli 2012. Kami berlima dalam pendakian ini, empat orang masih sama dengan pendakian tahun lalu dan ditambah satu orang yang kami sebut guest star. Hehe. Pendakian ini sudah kami rencanakan sejak awal semester dengan destinasi pilihan ke Gunung Salak, Gunung Cikuray, Gunung Ciremai, dan Gunung Papandayan. Akhirnya pilihan jatuh pada Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3078 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Perjalanan kami dimulai hari Jumat (6/7), berangkat dari basecamp di Jagakarsa, Jakarta Selatan pukul 10.00 WIB dengan angkot menuju Pasar Rebo. Bus menuju Kuningan Cuma ada sejam sekali jadi kami masih harus menunggu bebeapa saat hingga akhirnya bisa naik bus Luragung trayek Kampung Rambutan-Kuningan. Waktu menunjukkan pukul 11.13 WIB saat kami naik bus.

Kami berencana naik lewat jalur Linggarjati sehingga turun di Pertigaan Linggarjati dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 17.03 WIB. Perjalanan yang melelahkan karena bus terjebak macet di Tol Cikampek dan masih harus langsir bus. Ongkos perjalanan bus ini 45.000 rupiah, meleset dari perkiraan kami yang tadinya hanya 35.000 rupiah. Tujuan pertama kami adalah mencari mushola untuk cuci muka dan sholat. Selanjutnya menuju Pos Linggarjati (600mdpl) untuk melakukan registrasi pendakian. Registrasi dikenakan tariff 10.000 rupiah per orang, semoga tarif ini bisa digunakan sebagaimana mestinya untuk kelestarian lingkungan Gunung Ciremai.

Sesuai dengan plan, kami akan ngecamp di Pos Cibunar pada malam pertama. Setelah makan dan sholat maghrib, pukul 19.30 WIB kami berangkat melewati jalanan yang ternyata sudah beraspal sampai Pos Cibunar.  Setengah jam perjalanan, kami sampai di Pos Cibunar (750mdpl) dan di sana sudah ada camp dari pendaki lokal Cirebon. Kami mengambil tempat di shelter milik perhutani untuk bermalam, jadi tidak perlu mendirikan dome. 

Di Pos Cibunar ini, kami bertemu dengan LSM Green Ranger yang sedang turun gunung. Kami mengobrol dengan salah satu anggotanya dan ternyata mereka sedang dalam rangka Ekspedisi 18 Puncak Jawa. Gunung Ciremai ini merupakan puncak ke-16 yang sudah mereka daki yang akan berakhir di Gunung Gede-Pangrango.  Aku pun sempat merasa iri sekaligus salut dengan mereka, yang sudah mendaki begitu banyak puncak di Jawa.

Kami berangkat untuk melanjutkan pendakian pada paginya, pukul 6.00 WIB. Setelah sarapan mie instan dan ngopi, kami langsung naik. Target kami adalah sampai di Pos Pengasinan (pos terakhir sebelum puncak) sebelum pukul 15.00 WIB, antisipasi sebelum kabut turun. Pos berikutnya setelah Cibunar adalah Pos Kondang Amis yang kami tempuh dalam satu jam. Jalur yang kami lalui disini adalah hutan pinus dan kebun kopi dengan kemiringan lahan relatif masih banyak bonus. Sepanjang jalur Cibunar—Kondang Amis, kami menjumpai tiga gubuk kayu bekas warung yang kami duga dibangun sekitar tahun 2004-an. Banyak coret-coretan di dinding gubuk tersebut. Waktu menunjukkan pukul 7.00 WIB dan kami melanjutkan perjalanan.

Pos berikutnya adalah Blok Kuburan Kuda (1580mdpl). Kami tiba di sini dan arloji di tangan menunjukkan pukul 8.00 WIB. Jalur yang kami lalui adalah jalan-jalan sempit berumput, vegetasi tua yang besar-besar. Seperti referensi yang aku dapat sebelum pendakian ini, mulai di pos ini ada tawon yang seolah mengikuti kami, bahkan sampai Pengasinan. Di Blok Kuburan Kuda, kami bertemu dengan regu pramuka dari MAN Cirebon berjumlah 10 orang.

Menjelang Pos Pengalapan (1790mdpl), jalur yang kami lalui mulai ekstrem dengan tanjakan yang panjang dan banyak pohon-pohon tumbang di sini.

Perjalanan kami lanjutkan melewati jalur Tanjakan Seruni yang cukup melelahkan, kemiringan rata-rata jalur ini ini 60-70 derajat bahkan ada beberapa yang vertical sehingga kami harus naik dengan bantuan akar-akar pohon yang nampaknya memang sudah sering digunakan sebagai pegangan bantuan bagi para pendaki. Kami sampai di Pos Tanjakan Seruni (1920mdpl) pukul 9.35 WIB. Di plang tertera bahwa puncak masih 4.2 kilometer lagi.

Jalur setelah ini terus mendaki dan mendaki, tanjakan dan tanjakan lagi bertubi-tubi, kadang tanah lempung, kadang batu-batuan dan kadang berdebu. Ini yang cukup membuat napas kami terengah karena debunya itu loh, apalagi sekarang musim kemarau. Perjuangan tidak ada yang sia-sia, dan akhirnya kami sampai di Pos Bapa Tere (2025mdpl atau 3.4km menuju puncak) pada pukul 11.14 WIB. Kami sempat foto-foto di pos ini karena tempatnya cukup menarik dan namanya unik, Bapa Tere (bapak tiri, ayah tiri)

Lima meter dari plang Pos Bapa Tere, jalurnya benar-benar 90 derajat dan harus naik dengan bertumpu pada akar-akar pohon. Tujuan kami selanjutnya adalah Pos Batu Lingga. Jalur menuju Batu Lingga rata-rata masih sama dengan sebelumnya, tanjakan dan tanjakan lagi. Vegetasi masih umum seperti  pohon-pohon palem dan vegetasi hutan tropis yang cukup besar- besar. Kami tiba di Pos Batu Lingga (2200mdpl) pukul 12.23 WIB. Karena tenaga kami cukup terkuras di perjalanan menuju pos ini, kami mengambil waktu istirahat hampir satu jam, niatnya sih cuma setengah jam tapi karena sudah istirahat biasa keterusan. Di pos ini kami menemui in memoriam untuk pendaki yang meninggal saat mendaki Gunung Ciremai. Di batu tersebut aku melihat ada dua nama yang terukir. Semoga mereka tenang di alam sana dan di terima di sisi-Nya.

Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB dan kami melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya. Matahari di atas kami cukup terik tapi udara di punggung Gunung Ciremai ini cukup segar sehingga keringat kami tidak begitu terasa. Tiba-tiba keluar begitu saja, tanpa tahu prosesnya.
Kami tiba di Pos Sangga Buana (2500mdpl) pukul 13.45 WIB dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos Sangga Buana II (2665mdpl). Kami sampai di pos ini menempuh hampir 50 menit perjalanan dengan jalur yang menanjak dan ada beberapa jalur sempit yang harus kami lewati dengan menunduk. Catatan: tawon yang mengikuti kami dari Blok Kuburan Kuda ternyata masih ada, terbang mengitari kami.

Pukul 14.34 WIB, kami berpikir bisa sesuai rencana untuk sampai di Pos Pengasinan tapi ternyata jalur yang harus kami lalui setelah Pos Sangga Buana II, menjelang Pos Pengasinan ekstrem juga. Kemiringan rata-rata 70 derajat dengan trek berbatu. Kami harus berhati-hati mengambil langkah agar tidak terpeleset di batu yang licin atau ranting-ranting rapuh.

Akhirnya kami tiba di Pos Pengasinan (2860mdpl), walaupun tidak sesuai target tapi ternyata kabut naik pun tidak sesuai target. Pukul 15.30 WIB dan kabut belum naik. Di sni, kami langsung mengambil tempat untuk mendirikan dome. Malam ini akan ngecamp Pengasinan sebelum muncak esok hari. Dome berhasil didirikan dan kabut pun mulai naik. Udara mulai membuat bulu kuduk berdiri, dingin. Mulut pun mulai mengeluarkan uap karena udara yang dibawah rata-rata.

Malamnya, kami masak-masak dan membuat api unggun—yang tidak bisa disebut api unggun karena cuma kecil dari pembakaran sampah-sampah kami—untuk menghangatkan badan. Suasana Kota Cirebon malam hari dengan jutaan lampu yang berpendar di kejauahan di bawah kami terlihat sangat eksotis. Berulang kali aku mengucap memuji kebesaran Sang Pencipta atas kuasanya membuat keindahan di muka bumi ini. Dan tentunya karena Dia telah memberiku kesempatan untuk menikmasi dan menyaksikan secuil dari kuasa-Nya tersebut.

Udara makin dingin, aku tidak mau mengambil resiko kalau terus di luar bisa membeku. Akhirnya, aku masuk ke dome. Kami masih sempat-sempatnya main poker di dalam dome. Lumayan untuk membunuh waktu dan mengusir dingin sambil tertawa-tawa sampai tertidur dengan posisi yang luar biasa aneh. Aku, yang cuma membawa celana pendek, masuk ke satu sleeping bag, sedangkan temanku yang lain berbagi sleeping bag dan dipakainya untuk selimut. Posisi kami pokoknya aneh dan yang penting bisa mengurangi dinginnya udara yang cukup menusuk tulang.

Pukul 4.00 WIB kami bangun, menikmati sunrise di Pengasinan. Berfoto-foto dengan gaya khas pendaki gunung. Fenomena matahari terbit, bagi para pendaki memang sesuatu yang selalu ditunggu-tunggu dan tak boleh terlewatkan momennya, begitu pula kami.

Setelah membongkar dome dan packing perlengkapan, kami melanjutkan misi kami menuju Puncak Ciremai. Perkiraan kami, perjalanan sekitar 30 menit lagi hingga sampai puncak. Ada dua jalur setelah Pengasinan ini untuk sampai di puncak. Jika mengambil arah kiri, jalur yang dilalui relative tidak terlalu terjal tapi berdebu luar biasa. Sedangkan jika mengambil arah kanan, jalur yang dilalui terjal dan berbatu-batu, kemiringan 70 derajat sampai hampir vertikal.

Sesuai ekspektasi, kami sampai puncak dalam waktu 30 menit dari Pengasinan dengan mengambil jalur kiri. Ahhhhhhhhhhh Puncak Sunan Cirebon (3078mdpl) sudah kami taklukkan. Tapi disini aku merasa begitu kecil dihadapkan dengan nikmat-Nya yang begitu besar. Luar biasa.

Setelah mengambil gambar, ber-narsis ria dan masih sempat-sempatnya main poker di puncak, kami turun menuju Pengasinan lagi. Waktu menunjukkan pukul 8.30 WIB. Kami turun lewat jalur kanan yang terjal dan berbatu karena lebih mudah untuk turun. Jalur berbatu serasa nyaman untuk menapak turun asal kita hati-hati daripada jalur berdebu satunya. Lewat jalur ini, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa, Padang Edelweiss yang luas terhampar di depan kami. Bunga-bunga abadi ini baru mulai membuka kuncup-kuncupnya.

Sampai di Pengasinan lagi pukul 9.00 WIB dan kami beristirahat sambil menikmati perbekalan. Sebenarnya sambil menunggu teman yang waktu turun tadi terpisah dan mengambil jalur kiri. Kata pendaki lain, teman kami ini masih di jalan turun. Kami menunggu sampai pukul 10.30 WIB tapi tidak ada tanda-tanda teman kami turun. Cukup panik waktu itu, jangan-jangan tersesat. Kemudian salah satu dari kami naik untuk sweeping jalur, siapa tahu ada tanda-tanda dari teman kami itu. Tapi ternyata tidak ada, akhirnya kami memutuskan untuk turun dan positive thinking teman kami itu sudah turun mendahului kami.

Pukul 11.30 WIB kami turun dari Pengasinan. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan pendaki lain dari Cirebon dan menanyakan apakah mereka bertemu dengan pendaki dengan ciri-ciri yang kami sebutkan. Ternyata mereka mengiyakan pertanyaan kami dan meyakinkan bahwa teman kami itu sudah turun dan gabung dengan pendaki dari rombongan lain. Kami lega mendengar kabar itu dan bisa turun gunung dengan tenang.
 
Ternyata benar, teman kami itu sudah sampai di Pos Cibunar terlebih dahulu. Kami lanjutkan turun ke Pos Linggarjati dan sampai di sana pukul 4.00 WIB (8/7). Setelah bersih-bersih, sholat dan makan, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang ke basecamp. Sebenarnya petualangan kami tidak cuma sampai di sini karena perjalanan pulang kami pun cukup eksentrik untuk diceritakan tapi lain kesempatan deh.

Waktu tempuh kami di pendakian Gunung Ciremai per pos via Jalur Linggarjati;
Pos Linggarjati—Pos Cibunar --> 30 menit
Pos Cibunar—Pos Kondang Amis --> 1 jam
Pos Kondang Amis—Pos Blok Kuburan Kuda --> 1 Jam
Pos Blok Kuburan Kuda—Pos Pengalapan --> 1 Jam
Pos Pengalapan—Pos Tanjakan Seruni --> 30 menit
Pos Tanjakan Seruni—Pos Bapa Tere --> 1.5 jam
Pos Bapa Tere—Pos Batu Lingga --> 1 jam
Pos Batu Lingga—Pos Sangga Buana --> 20 menit
Pos Sangga Buana—Pos Sangga Buana II --> 40 menit
Pos Sangga Buana II—Pos Pengasinan --> 1 jam
Pos Pengasinan—Puncak Ciremai --> 30 menit
Total waktu tempuh pendakian --> 9 jam
Total waktu tempuh turun gunung --> 5 jam

2 comments:

  1. Nice share gan! Mantap infonya, thankz beraaatt, share perbekalannya juga donk. Pemula nii saya

    ReplyDelete
  2. Total waktu tempuh pendakian --> 9 jam
    Total waktu tempuh turun gunung --> 5 jam

    mantappp, kakinya besi semua kali yak

    ReplyDelete