Trek Tanjakan Seruni, Via Jalur Linggarjati |
Liburan memang selalu menyenangkan dan akan lebih bermanfaat jika kita menemukan cara yang tepat untuk menghabisinya. Setuju gak temen-temen? Harusnya sih setuju dong…
Aku mau share pengalaman
mendaki ke Gunung Ciremai kemarin pada 6—8 Juli 2012. Kami berlima
dalam pendakian ini, empat orang masih sama dengan pendakian
tahun lalu dan ditambah satu orang yang kami sebut guest star. Hehe.
Pendakian ini sudah kami rencanakan sejak awal semester dengan
destinasi pilihan ke Gunung Salak, Gunung Cikuray, Gunung Ciremai,
dan Gunung Papandayan. Akhirnya pilihan jatuh pada Gunung Ciremai,
gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3078 mdpl (meter di
atas permukaan laut).
Perjalanan kami dimulai hari Jumat (6/7), berangkat dari basecamp di
Jagakarsa, Jakarta Selatan pukul 10.00 WIB dengan angkot menuju Pasar
Rebo. Bus menuju Kuningan Cuma ada sejam sekali jadi kami masih harus
menunggu bebeapa saat hingga akhirnya bisa naik bus Luragung trayek
Kampung Rambutan-Kuningan. Waktu menunjukkan pukul 11.13 WIB saat kami
naik bus.
Kami berencana naik lewat jalur Linggarjati sehingga
turun di Pertigaan Linggarjati dan ternyata waktu sudah menunjukkan
pukul 17.03 WIB. Perjalanan yang melelahkan karena bus terjebak macet di
Tol Cikampek dan masih harus langsir bus. Ongkos perjalanan
bus ini 45.000 rupiah, meleset dari perkiraan kami yang tadinya hanya
35.000 rupiah. Tujuan pertama kami adalah mencari mushola untuk cuci
muka dan sholat. Selanjutnya menuju Pos Linggarjati (600mdpl)
untuk melakukan registrasi pendakian. Registrasi dikenakan tariff
10.000 rupiah per orang, semoga tarif ini bisa digunakan sebagaimana
mestinya untuk kelestarian lingkungan Gunung Ciremai.
Sesuai dengan plan, kami akan ngecamp di
Pos Cibunar pada malam pertama. Setelah makan dan sholat maghrib, pukul
19.30 WIB kami berangkat melewati jalanan yang ternyata sudah beraspal
sampai Pos Cibunar. Setengah jam perjalanan, kami sampai di Pos Cibunar (750mdpl) dan di sana sudah ada camp dari pendaki lokal Cirebon. Kami mengambil tempat di shelter milik perhutani untuk bermalam, jadi tidak perlu mendirikan dome.
Di
Pos Cibunar ini, kami bertemu dengan LSM Green Ranger yang sedang turun
gunung. Kami mengobrol dengan salah satu anggotanya dan ternyata mereka
sedang dalam rangka Ekspedisi 18 Puncak Jawa. Gunung Ciremai
ini merupakan puncak ke-16 yang sudah mereka daki yang akan berakhir di
Gunung Gede-Pangrango. Aku pun sempat merasa iri sekaligus salut dengan
mereka, yang sudah mendaki begitu banyak puncak di Jawa.
Kami berangkat untuk melanjutkan pendakian pada paginya, pukul 6.00 WIB. Setelah sarapan mie instan dan ngopi, kami
langsung naik. Target kami adalah sampai di Pos Pengasinan (pos
terakhir sebelum puncak) sebelum pukul 15.00 WIB, antisipasi sebelum
kabut turun. Pos berikutnya setelah Cibunar adalah Pos Kondang Amis yang
kami tempuh dalam satu jam. Jalur yang kami lalui disini adalah hutan
pinus dan kebun kopi dengan kemiringan lahan relatif masih banyak bonus. Sepanjang
jalur Cibunar—Kondang Amis, kami menjumpai tiga gubuk kayu bekas warung
yang kami duga dibangun sekitar tahun 2004-an. Banyak coret-coretan di
dinding gubuk tersebut. Waktu menunjukkan pukul 7.00 WIB dan kami
melanjutkan perjalanan.
Pos berikutnya adalah Blok Kuburan Kuda (1580mdpl).
Kami tiba di sini dan arloji di tangan menunjukkan pukul 8.00 WIB.
Jalur yang kami lalui adalah jalan-jalan sempit berumput, vegetasi tua
yang besar-besar. Seperti referensi yang aku dapat sebelum pendakian
ini, mulai di pos ini ada tawon yang seolah mengikuti kami, bahkan
sampai Pengasinan. Di Blok Kuburan Kuda, kami bertemu dengan regu
pramuka dari MAN Cirebon berjumlah 10 orang.
Menjelang Pos Pengalapan (1790mdpl), jalur yang kami lalui mulai ekstrem dengan tanjakan yang panjang dan banyak pohon-pohon tumbang di sini.
Perjalanan
kami lanjutkan melewati jalur Tanjakan Seruni yang cukup melelahkan,
kemiringan rata-rata jalur ini ini 60-70 derajat bahkan ada beberapa
yang vertical sehingga kami harus naik dengan bantuan akar-akar pohon
yang nampaknya memang sudah sering digunakan sebagai pegangan bantuan
bagi para pendaki. Kami sampai di Pos Tanjakan Seruni (1920mdpl) pukul 9.35 WIB. Di plang tertera bahwa puncak masih 4.2 kilometer lagi.
Jalur
setelah ini terus mendaki dan mendaki, tanjakan dan tanjakan lagi
bertubi-tubi, kadang tanah lempung, kadang batu-batuan dan kadang
berdebu. Ini yang cukup membuat napas kami terengah karena debunya itu
loh, apalagi sekarang musim kemarau. Perjuangan tidak ada yang sia-sia,
dan akhirnya kami sampai di Pos Bapa Tere (2025mdpl atau 3.4km menuju puncak) pada pukul 11.14 WIB. Kami sempat foto-foto di pos ini karena tempatnya cukup menarik dan namanya unik, Bapa Tere (bapak tiri, ayah tiri)
Lima
meter dari plang Pos Bapa Tere, jalurnya benar-benar 90 derajat dan
harus naik dengan bertumpu pada akar-akar pohon. Tujuan kami selanjutnya
adalah Pos Batu Lingga. Jalur menuju Batu Lingga rata-rata masih sama
dengan sebelumnya, tanjakan dan tanjakan lagi. Vegetasi masih umum
seperti pohon-pohon palem dan vegetasi hutan tropis yang cukup besar-
besar. Kami tiba di Pos Batu Lingga (2200mdpl) pukul
12.23 WIB. Karena tenaga kami cukup terkuras di perjalanan menuju pos
ini, kami mengambil waktu istirahat hampir satu jam, niatnya sih cuma
setengah jam tapi karena sudah istirahat biasa keterusan. Di pos ini kami menemui in memoriam untuk
pendaki yang meninggal saat mendaki Gunung Ciremai. Di batu tersebut
aku melihat ada dua nama yang terukir. Semoga mereka tenang di alam sana
dan di terima di sisi-Nya.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB dan
kami melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya. Matahari di atas kami
cukup terik tapi udara di punggung Gunung Ciremai ini cukup segar
sehingga keringat kami tidak begitu terasa. Tiba-tiba keluar begitu
saja, tanpa tahu prosesnya.
Kami tiba di Pos Sangga Buana (2500mdpl) pukul 13.45 WIB dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos Sangga Buana II (2665mdpl). Kami
sampai di pos ini menempuh hampir 50 menit perjalanan dengan jalur yang
menanjak dan ada beberapa jalur sempit yang harus kami lewati dengan
menunduk. Catatan: tawon yang mengikuti kami dari Blok Kuburan Kuda
ternyata masih ada, terbang mengitari kami.
Pukul 14.34 WIB, kami
berpikir bisa sesuai rencana untuk sampai di Pos Pengasinan tapi
ternyata jalur yang harus kami lalui setelah Pos Sangga Buana II,
menjelang Pos Pengasinan ekstrem juga. Kemiringan rata-rata 70 derajat
dengan trek berbatu. Kami harus berhati-hati mengambil langkah agar
tidak terpeleset di batu yang licin atau ranting-ranting rapuh.
Akhirnya kami tiba di Pos Pengasinan (2860mdpl),
walaupun tidak sesuai target tapi ternyata kabut naik pun tidak sesuai
target. Pukul 15.30 WIB dan kabut belum naik. Di sni, kami langsung
mengambil tempat untuk mendirikan dome. Malam ini akan ngecamp Pengasinan sebelum muncak esok hari. Dome berhasil
didirikan dan kabut pun mulai naik. Udara mulai membuat bulu kuduk
berdiri, dingin. Mulut pun mulai mengeluarkan uap karena udara yang
dibawah rata-rata.
Malamnya, kami masak-masak dan membuat api
unggun—yang tidak bisa disebut api unggun karena cuma kecil dari
pembakaran sampah-sampah kami—untuk menghangatkan badan. Suasana Kota
Cirebon malam hari dengan jutaan lampu yang berpendar di kejauahan di
bawah kami terlihat sangat eksotis. Berulang kali aku mengucap memuji
kebesaran Sang Pencipta atas kuasanya membuat keindahan di muka bumi
ini. Dan tentunya karena Dia telah memberiku kesempatan untuk menikmasi
dan menyaksikan secuil dari kuasa-Nya tersebut.
Udara makin dingin, aku tidak mau mengambil resiko kalau terus di luar bisa membeku. Akhirnya, aku masuk ke dome. Kami masih sempat-sempatnya main poker di dalam dome. Lumayan
untuk membunuh waktu dan mengusir dingin sambil tertawa-tawa sampai
tertidur dengan posisi yang luar biasa aneh. Aku, yang cuma membawa
celana pendek, masuk ke satu sleeping bag, sedangkan temanku yang lain berbagi sleeping bag dan
dipakainya untuk selimut. Posisi kami pokoknya aneh dan yang penting
bisa mengurangi dinginnya udara yang cukup menusuk tulang.
Pukul 4.00 WIB kami bangun, menikmati sunrise di
Pengasinan. Berfoto-foto dengan gaya khas pendaki gunung. Fenomena
matahari terbit, bagi para pendaki memang sesuatu yang selalu
ditunggu-tunggu dan tak boleh terlewatkan momennya, begitu pula kami.
Setelah membongkar dome dan
packing perlengkapan, kami melanjutkan misi kami menuju Puncak Ciremai.
Perkiraan kami, perjalanan sekitar 30 menit lagi hingga sampai puncak.
Ada dua jalur setelah Pengasinan ini untuk sampai di puncak. Jika
mengambil arah kiri, jalur yang dilalui relative tidak terlalu terjal
tapi berdebu luar biasa. Sedangkan jika mengambil arah kanan, jalur yang
dilalui terjal dan berbatu-batu, kemiringan 70 derajat sampai hampir
vertikal.
Sesuai ekspektasi, kami sampai puncak dalam waktu 30
menit dari Pengasinan dengan mengambil jalur kiri. Ahhhhhhhhhhh Puncak
Sunan Cirebon (3078mdpl) sudah kami taklukkan. Tapi disini aku merasa
begitu kecil dihadapkan dengan nikmat-Nya yang begitu besar. Luar biasa.
Setelah mengambil gambar, ber-narsis ria dan masih sempat-sempatnya main poker di
puncak, kami turun menuju Pengasinan lagi. Waktu menunjukkan pukul 8.30
WIB. Kami turun lewat jalur kanan yang terjal dan berbatu karena lebih
mudah untuk turun. Jalur berbatu serasa nyaman untuk menapak turun asal
kita hati-hati daripada jalur berdebu satunya. Lewat jalur ini, kami
disuguhi pemandangan yang luar biasa, Padang Edelweiss yang luas
terhampar di depan kami. Bunga-bunga abadi ini baru mulai membuka
kuncup-kuncupnya.
Sampai di Pengasinan lagi pukul 9.00 WIB dan
kami beristirahat sambil menikmati perbekalan. Sebenarnya sambil
menunggu teman yang waktu turun tadi terpisah dan mengambil jalur kiri.
Kata pendaki lain, teman kami ini masih di jalan turun. Kami menunggu
sampai pukul 10.30 WIB tapi tidak ada tanda-tanda teman kami turun.
Cukup panik waktu itu, jangan-jangan tersesat. Kemudian salah satu dari
kami naik untuk sweeping jalur, siapa tahu ada tanda-tanda dari teman kami itu. Tapi ternyata tidak ada, akhirnya kami memutuskan untuk turun dan positive thinking teman kami itu sudah turun mendahului kami.
Pukul
11.30 WIB kami turun dari Pengasinan. Di tengah perjalanan kami bertemu
dengan pendaki lain dari Cirebon dan menanyakan apakah mereka bertemu
dengan pendaki dengan ciri-ciri yang kami sebutkan. Ternyata mereka
mengiyakan pertanyaan kami dan meyakinkan bahwa teman kami itu sudah
turun dan gabung dengan pendaki dari rombongan lain. Kami lega mendengar
kabar itu dan bisa turun gunung dengan tenang.
Ternyata benar,
teman kami itu sudah sampai di Pos Cibunar terlebih dahulu. Kami
lanjutkan turun ke Pos Linggarjati dan sampai di sana pukul 4.00 WIB
(8/7). Setelah bersih-bersih, sholat dan makan, kami melanjutkan
perjalanan untuk pulang ke basecamp. Sebenarnya petualangan
kami tidak cuma sampai di sini karena perjalanan pulang kami pun cukup
eksentrik untuk diceritakan tapi lain kesempatan deh.
Waktu tempuh kami di pendakian Gunung Ciremai per pos via Jalur Linggarjati;
Pos Linggarjati—Pos Cibunar --> 30 menit
Pos Cibunar—Pos Kondang Amis --> 1 jam
Pos Kondang Amis—Pos Blok Kuburan Kuda --> 1 Jam
Pos Blok Kuburan Kuda—Pos Pengalapan --> 1 Jam
Pos Pengalapan—Pos Tanjakan Seruni --> 30 menit
Pos Tanjakan Seruni—Pos Bapa Tere --> 1.5 jam
Pos Bapa Tere—Pos Batu Lingga --> 1 jam
Pos Batu Lingga—Pos Sangga Buana --> 20 menit
Pos Sangga Buana—Pos Sangga Buana II --> 40 menit
Pos Sangga Buana II—Pos Pengasinan --> 1 jam
Pos Pengasinan—Puncak Ciremai --> 30 menit
Total waktu tempuh pendakian --> 9 jam
Total waktu tempuh turun gunung --> 5 jam
Nice share gan! Mantap infonya, thankz beraaatt, share perbekalannya juga donk. Pemula nii saya
ReplyDeleteTotal waktu tempuh pendakian --> 9 jam
ReplyDeleteTotal waktu tempuh turun gunung --> 5 jam
mantappp, kakinya besi semua kali yak