Monday, November 1, 2010

Refleksi 'sebutir' Kehidupan


Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya diselimuti oleh jutaan pertanyaan. Secara langsung ataupun tidak, kecenderungan manusia untuk bertanya adalah sebesar apa yang selalu ia ingin ketahui. Manusia, siapapun itu pasti memiliki suatu ketertarikan terhadap suatu hal. Rasa tertarik itulah yang kemudian menimbulkan rasa ingin tahu yang sebenarnya. Apapun akan dia lakukan untuk mencari tahu apa-apa tentang hal  yang menjadi ketertarikannya. Meskipun cara yang ia tempuh tak selalu dia perlihatkan pada orang lain. Karena pada hakikatnya manusia itu juga memiliki apa yang disebut dengan privasi diri. Tidak semua yang ia lakukan ingin diketahui oleh orang lain, meskipun dia itu orang terdekat sekalipun bagi Anda.

Benarkah? Ya, karena kecenderungan Anda unruk menyimpan rahasia  hidup lebih tinggi daripada kecenderungan Anda untuk mengumbar privasi Anda di depan khalayak. Kecuali Anda bukan manusia normal…? Ehehee…

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah,
“Mengapa manusia ingin bertanya?”
Jawabannya ada pada diri Anda masing-masing. Ketika Anda misalnya berkenalan dengan orang yang baru Anda kenal sering Anda menanyakan, “Siapa nama Anda? Di mana Anda tinggal?, dkk.” Untuk apa Anda bertanya seperti itu? Pasti Anda akan menjawab tentunya untuk mengenal orang tersebut. Tapi apakah Anda pernah berpikir untuk menanyakan pertanyaan tersebut pada diri Anda sendiri? ”Siapa Saya?” Saya yakin Anda akan menjawab ‘tidak’. Anda mungkin akan merasa bahwa Anda sudah mengenal diri Anda sendiri lebih dari siapapun di dunia ini. Anda paham mengenai segala hal dalam diri Anda. Tahu persis segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri Anda. 

Benarkah? Anda yakin demikian adanya? Seberapa besar Anda yakin mengenai hal tersebut? Seberapa jauh atau dalamkah Anda mengenal diri Anda?

Saya ingin bercerita, bahwa menurut penelitian, banyak orang ‘stress’ yang merasa bahwa dia telah memahami diri mereka sendiri lebih dari siapapun. Akantetapi dari tingkah laku dan pola perilaku mereka, merefleksikan bahwa mereka tidak mengenal diri mereka. Mereka tidak menyadari potensi yang ada pada diri mereka sehingga mereka seakan terkurung dalam diri mereka yang lain dan merasa menjadi orang lain yang kemudian akan merasa tidak percaya diri dan rendah diri ketika melihat dan menyadari bahwa kenyataannya seperti ‘itulah’ dirinya.

Yaaa… kecenderungan orang melihat segala sesuatu hanya dari permukaan saja. Tanpa menelisik secara jauh mendalam apa-apa yang ada di balik segala realitas yang ada. Saya ingin mengajak Anda sekalian yang membaca ini …Kodok Pilekk mikirrr…galilah potensi yang ada pada diri kita. Setiap orang memiliki potensi yang berbeda satu sama lain. Belajarlah mengenal siapa  diri Anda. Mulailah untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri Anda. Belajarlah mendaki puncak-puncak tertinggi dalam diri Anda. Banyaklah bertanya tentang siapa diri Anda karena itu akan menumbuhkan kesadaran pada Anda bahwa Anda hidup adalah untuk mencapai suatu target dan sasaran. Tak mungkin manusia hidup tanpa tujuan. Apa bedanya Anda dengan ‘SAYA’ jika Anda seperti itu. Hidup Saya adalah sebagai ‘VIRUS” bagi Anda-Anda sekalian, yang akan menjangkiti setiap aliran dalam darah Anda. Menularkan ke’pilekk’an Saya, yang mungkin ‘sedikit’ akan bermanfaat ‘ingus’ Saya itu…

Jangan pernah terpuruk  dengan segala kegagalan yang pernah Anda alami. Jadikan semua itu sebagai sebuah ‘cermin’. Bayangan-bayangan yang jauh di belakang yang senantiasa akan mendorong Anda menuju ‘gerbang-gerbang’ kesuksesan yang nyata.

Kodok Pilekk mikirrr… Saya ingin mengutip kata-kata Walt Unsworth saat ia mendaki Puncak Everest;
“Namun, ada orang-orang yang menganggap sesuatu yang tidak terjangkau itu justru memiliki daya tarik khusus. Biasanya mereka bukan ‘pakar’. Ambisi dan fantasi mereka cukup kuat untuk mengabaikan orang-orang yang lebih waspada. Tekad yang kuat dan keyakinan merupakan senjata mereka yang palin ampuh. Panggilan terbaik untuk orang-orang seperti adalah ‘eksentrik’ dan yang terburuk adalah ‘gilaa’…?
Everest telah menarik orang-orang semacam itu. Pengalaman mendaki mereka bervariasi antara ‘nol’ sampai sangat sedikit—yang pasti tak ada satupun diantara mereka yang cukup berpengalaman untuk menjadikan pendakian Everest sebagai sebuah sasaran yang masuk akal. Orang-orang seperti itu memiliki tiga kesamaan; keyakinan pada diri sendiri, tekad yang kuat dan dayta tahan.”
Yap, dari semua hal di atas, mari kita tetap semangat dalam menjalani hidup. Life must go on!!! Perjuangan selalu dimulai dari nol. Keberadaan selalu dimulai dari suatu ketiadaan. Eksistensi dan konsistensi yang tinggi terhadap segala sesuatu yang kita yakini itulah yang mampu membawa kita menuju kebahagiaan. Amiiiiinnnn....

Take it to the limit!!!


No comments:

Post a Comment