Friday, January 6, 2017

Pantai Greweng: Surga Berceruk di Selatan Jogja



Kami di Pantai Greweng
“Ke pantai greweng aja yuk!”, ajaknya suatu ketika via chat di Line.
“Boleh, yuk besok ya pas aku pulang”, balasku.

Begitulah awalnya rencana kami untuk menyambangi satu pantai lagi di Gunung Kidul, Pantai Greweng. Aku belum sempat mencari tau letak, lokasi dan arah jalan menuju ke sana waktu itu. Mikirnya, yaudah nanti aja paling juga masih di sepanjang Gunung Kidul sana, masih terjangkau lah dua jam perjalanan. Sampai kemudian, aku nyari referensi tentang petunjuk jalan menuju Pantai Greweng ini. Tak salah lagi, ternyata pantainya tak jauh dari Pantai Wediombo yang udah dua kali kami sambangi sebelumnya. Tenang deh hati dan pikiran. Namun ternyata ada ‘prasyarat’ lain untuk mencapai area pantai ini, tracking. Wah tantangan baru nih, biasanya kami ke pantai di Gunung Kidul nggak sampai tracking segala. Pernah sih, waktu ke pantai timang, tapi itupun cuma sekitar 10-15 menit doang udah nyampe pantainya dari parkiran. Nah, untuk mencapai pantai ini, sesuai dengan referensi yang aku dapet harus tracking sekitar 30-45 menit sebelum akhirnya sampai di area pantainya. Sudah sampai di sini dulu aja nyari referensinya…

Hari itupun tiba. Aku pulang ke Jogja sehari sebelum rencana ke pantai ini. Ijin dari atasan kantor Alhamdulillah udah dikantongin, jadi aman deh karena itu masih hari jumat sedangkan aku termasuk karyawan baru yang cukup banyak izin nggak masuk (hehehe, jangan ditiru ya). Oke, balik lagi ke topik. Kami berencana caw pukul 5.30 pagi dari rumah Ciwul. Ya karena dengan estimasi perjalanan sekitar dua setengah jam termasuk tracking, kami pengen jam delapan udah nyampe di pantai.

Jalan yang kami lalui biasa kok, lewat jalan wonosari, teruuuuus sampai masuk wilayah Gunung Kidul, terus ngikutin jalan aja sampai di perempatan Karangrejek belok kanan, teruuuuusss, belok kiri di pertigaan yang menuju ke Pantai Wediombo, teruuuuuusss ikutin jalan sampai ada plang Pantai Wediombo di kiri jalan (dari arah Wonosari) nah setelah itu ada pertigaan, belok kanan, ikutin jalan sampai ke parkiran Pantai Wediombo. Nah, bingung kan? Hahaha, pokoknya cari arah ke Pantai Wediombo aja deh, ikutin petunjuknya, dijamin pasti sampai asal jangan meleng dan salah baca petunjuk. Kalo paitnya nyasar ya tinggal berhenti, nanya ke orang terdekat, dijamin dengan keramahtamahan orang Jogja, bakal dikasih tau arah dan petunjuk yang benar. Hehehe

Kami nyampe di parkiran Pantai Wediombo pukul 8.30, molor jauh dari estimasi awal kami yang harusnya udah sampe di Pantai Greweng dan leyeh-leyeh di sana. Kekecewaan karena molor segera aku buang jauh-jauh, apalagi liat Ciwul senyum yang keliatan lebih semangat dan menyemangati, ah luluh hati abang dek. Semangaaaat!

Dari parkiran Pantai Wediombo, yang ternyata sekarang udah mulai direnovasi, kami mengambil arah jalan menuju ke Pantai Jungwook (yang kami sambangi juga sebelumnya) dan sesampai di pertigaan yang menuju ke Pantai Jungwook ini, ternyata ada parkiran juga di sana. Tau gitu sih markir motornya di situ aja, nggak usah jauh-jauh di parkiran bawah (parkir wediombo, -red) karena dari parkir bawah juga masih naik ke atas lagi menuju arah yang sama ini. Tapi yasudahlah, apa mau dibuat, lanjut aja yuk trackingnya.

Track menuju Pantai Greweng, lumayan gaes...
Banyak alternatif jalur yang bisa ditempuh menuju ke Pantai Greweng ini. Kalo dihitung bisa puluhan atau lebaynya mungkin bisa ratusan jalur berbeda yang bisa ditempuh. Tapi saran dari the copule traveler paling keren sedunia ini sih kalo pengen cepet nyampe dan tanpa nyasar, silakan manfaatkan penduduk setempat dengan bertanya. Jangan malu bertanya ke bapak-bapak, ibu-ibu atau simbah-simbah yang sedang mencangkul di ladangnya, sedang merumput atau 'angon' ternaknya di area sekitar situ yang notabene jalur tracking yang harus ditempuh. Dan itu yang kami lakukan dan tarrraaaaaa, berhasil…

Begitu sampai disambut semacam muara sungai yang saat itu tengah surut karena kemarau...
Tigapuluh menit tracking, dengan berkali-kali nanya ke penduduk sekitar mengenai arah yang benar dan paling cepat menuju pantai, melewati ladang, tanjakan berbatu, bukit-bukit kecil, batu-batuan eksotis, sampailah kami di Pantai Greweng. Pantainya sepi, nggak ada orang lain selain kami berdua saat itu. Wah, senengnya, apalagi keliatan nih dari penggila pantai di depanku yang dari raut mukanya udah super excited banget. Liat senyumnya, rasa capek semuanya ilang…

Pertama yang kami lakukan pas sampai di area Pantai Greweng ini adalah bersyukur pastinya, terus mencari tempat berteduh karena cuaca hari itu sangat menyengat. Bersyukur lagi karena di Pantai Greweng ini, bukit karang yang melingkupi pantainya memang bener-bener ‘greweng’ (semacam berceruk, -red) yang bisa dipakai berteduh di bawahnya. Ah, nikmat Tuhan kamu yang mana lagi yang kamu dustakan? Dan kalo dipikir-pikir, mungkin ini juga asal mula nama Pantai Greweng ini ya. Jadi, karena bukit karang di kanan kiri pantainya yang ‘berceruk’ yang kalau dalam bahasa jawa lebih fasih disebut ‘greweng’ atau ‘growong’ ini  maka orang situ nyebutnya Pantai Greweng, pantai dengan bukit karang yang ‘greweng’.

Akhirnyaaaa...sampai juga... Masih bersih dan bener-bener cuma kita berdua di sini.
Melihat ke sisi lain pantai ini, pasir pantainya bertekstur tidak halus tapi tidak terlalu kasar, jadi sedang-sedang saja sih dan sebagaimana pasir pantai kebanyakan di area Gunung Kidul, Pantai Greweng juga memiliki pasir putih nan eksotis. Sebelum area pasir pantai, ada aliran sungai yang menari minat mata kami yang kebiasaan punya reflek tajam sama hal-hal menarik di alam. Bayanganku, kalo lagi musim hujan pasti aliran sungai di sini lebih deras daripada ini dan pasti terlihat lebih dramatis. Sayangnya pas kami dateng emang airnya cuma sedikit dan nggak terlihat alirannya.

Pantai Greweng memang termasuk pantai tersembunyi dan belum banyak diekspos, tapi sepanjang tahun 2014 pantai ini mulai naik daun, pencarian dengan kata kunci ‘greweng’ ataupun ‘pantai greweng’ pun semakin meningkat grafiknya. Ini cukup menarik karena seiring perkembangan teknologi, apalagi dunia maya, informasi menyebar sangat cepat. Ditambah lagi munculnya komunitas-komunitas traveler, atau pencinta fotografi yang demen banget hunting tempat-tempat seru dan keren buat foto-foto, perkembangan ke-mainstream-an sebuah tempat pun semakin meningkat.

Lihat betapa bahagianya kan? Selalu ikut bahagia saat dia senyum begini...
Bagaimanapun, pesan dari kami sih tetep jaga kelestarian tempat-tempat seperti ini. Mulai dari hal yang sederhana, jangan buang sampah sembarangan, nggak susah kok bawa kantong kresek buat ngantongin sampah-sampah kita terus bawa kembali sampai parkiran dan bisa di buang di tempat sampah terdekat. Selain itu, tak perlu banget menandai tempat persinggahan kita dengan mencorat-corat bebatuan yang ada di sekitar, itu namanya vandalism dan sama sekali nggak keren kalo kamu mengaku sebagai seorang traveler apalagi pencinta alam.

Jangan lupa pose ala-ala...
Ciwul bilang,”Pantai Greweng sih kemungkinan besar nggak akan dibikin akses jalan menuju ke sana karena akan ngorbanin banyak banget lahan penduduk yang menggantuungkan hidupnya di sana.” Amiiin, semoga demikian dan biarkan Greweng tetap dengan misteri dan semi petualangan untuk mencapainya. Justru itu menariknya, kalo sudah terlalu mudah, nggak ada seru-serunya, semua akan terasa biasa saja, ya nggak?

Biarkan Pantai Greweng tetap menjadi surga berceruk di selatan Jogja



Salam, Ambar & Ciwul

No comments:

Post a Comment