Pantai Wohkudu, Dukuh Wiroso, Panggang, GK | Dok. @ambrcwls |
“Kita besok
mau ke pantai mana ya?”
“Besok kan
tahun baru pasti pantai-pantai mainstream bakal rame banget. Nggak mau lah,
cari pantai yang hipster biar bisa menikmati suasana sambil ngobrol santai.”
“Bentar-bentar 'gugling' dulu yaa…”
Begitulah kira-kira
obrolan kami di penghujung tahun 2016 lalu. Semua berawal dari hasrat yang
sudah lama tak terpuaskan karena kami yang biasanya setiap ketemu selalu ke
pantai, tapi beberapa pertemuan terakhir lebih sering ‘mangkrak’ di kota untuk
wisata kuliner. Apalagi Ciwul yang anaknya pantai banget, sudah pasti tak tahan
jika terus dibeginiin… (loh jadi kemana ini?).
Alhasil setelah ‘gugling’ dengan kata kunci “pantai tersembunyi di jogja” ketemulah beberapa pantai yang jadi alternatif untuk disambangi esok hari di tanggal 1 Januari 2017, diantaranya Pantai Gesing dan Wohkudu. Ternyata dua pantai ini pun berdekatan atau minimal satu arah perjalanan jika berangkat dari Jogja kota. Sama-sama via jalur jalan Imogiri Timur.
“Oke deal! Kita ke Wohkudu terus kalo masih ada waktu kita mampir ke Gesing ya baliknya!” katamu waktu itu.
Malam tahun
baru pun tak terlalu kami pedulikan karena sudah mantap mau istirahat biar
besok bisa berangkat pagi-pagi ke arah pantai. Tujuannya satu, biar belum
terlalu ramai dan bisa menikmati suasana yang lebih khusyu’ di pantai. Namun,
rencana tinggal rencana karena tamu tak terduga datang mengampirimu di malam
tahun baru itu. ‘Dia’ datang tiba-tiba dan pastinya sedikit ‘merusak’ rencana
petualangan kita esok hari. Apa boleh buat, petualangan di tanggal 1 Januari
harus dipending keesokan harinya. Hari itu full ‘puk-puk’ buat dedek gemes yang
lagi ‘dapet’ itu… (cup cup cup…utuk utuk utuk…)
2 Januari, pada
akhirnya eksekusi rencana terlaksana dengan sedikit was-was karena sepagian
hujan turun dengan santainya dan tak ada tanda mereda. Rencana berangkat pukul
5.30 pun harus mundur hingga pukul 7.00 saat hujan di sekitar rumah Ciwul, yang
selalu menjadi 'meeting point' setiap petualangan kami, mereda.
Perjalanan kami
tempuh sekitar 2 jam dengan bantuan Google Maps via Jalan Imogiri Timur – Jalan
Imogiri Siluk – Jalan Siluk Panggang sampai ketemu daerah Panggang, ikuti
petunjuk arah “Pantai Gesing” dan terus ikuti petunjuk Google Maps tapi abaikan
jika disuruh masuk jalan-jalan sempit. Ikuti terus jalan besar sampai bertemu
papan petunjuk arah “Pantai Wohkudu” di kanan jalan pas pertigaan di akhir
petunjuk Google Maps tersebut (sesuai gambar di bawah ya…). Setelah itu, ikuti
saja jalannya sampai ketemu parkiran Pantai Wohkudu yang masih ‘seadanya’ dan
dihuni oleh mbak-mbak warung. Berikut adalah koordinat lokasi Pantai Wohkudu di G-maps -8.099177, 110.440384
Jalur perjalanan kami dari meeting point menuju TKP | Sumber: Google Maps |
Dari parkiran
tersebut, belum selesai petualangannya. Pantai Wohkudu ini ada di balik bukit yang untuk menuju kesana
harus tracking terlebih dahulu dari parkiran. Tracking sebentar sih hanya
sekitar 15-20 menitan. Yang seru dari tracking menuju pantai ini adalah kita akan
temui segerombolan monyet liar di jalan. Menurut informasi penjaga warung
jumlahnya ratusan dan keluar di jalur tracking sekitar pagi dan sore hari. Monyet-monyet
di sini tak seliar yang ada di Pura Uluwatu yang sempat mencuri kacamataku dulu
(baca artikel ini). Tetapi tetap saja cukup membuat Ciwul ketakutan karena
mungkin trauma juga dari pengalaman yang dulu itu… (tenang, dek, bismillah, ada mamas juga…).
Dengan kondisi
semalaman hingga pagi hujan, otomatis jalur tracking lebih licin dan becek. Beruntung
kami pakai sandal gunung yang meskipun sudah buluk tetapi cukup membantu dan
nggak bikin rempong, cyiin…
Sampai di pantai ada dua rombongan yang tengah bongkar tenda | Dok. @ambrcwls |
Sampai di
area pantai ternyata ada dua rombongan anak muda 'gondes', ki sanak dan nyi sanak yang
sedang membongkar tenda. Sepertinya mereka baru nge-camp malam tadi. Oke, baiklah jadi kangen camping. Saat itu cuaca sudah menggelap dan sepertinya akan turun
hujan lagi tapi kami sempatkan foto-foto sejenak di bibir pantai sampai
akhirnya menyerah karen hujan menderas. Kami pun berteduh di pondokan yang
sepertinya sengaja dibangun untuk pengunjung dan di situ juga ada satu warung
yang masih tutup. Hujan deras ditambah angin sukses membuat kami mendingin. Di bawah
pondokan masih tetap tampias air karena angin dari arah pantai. Ya sudahlah, apa
mau di kata, nikmati saja sembari ngobrol ngalor ngidul soal masa depan… (ciee….).
Foto-foto sesampai di pantai sebelum hujan deras dan angin kencang | Dok. @ambrcwls |
Mulai mendung, keliatan kan muka gelap begitu (alesan tepat karena emang muka gosong...) | Dok. @ambrcwls |
Sekitar satu
jam (mungkin lebih…) hujan mulai mereda tapi masih sisa gerimis-gerimis mistis
saja. Warung di dekat pondokan juga sudah buka. Penjualnya ibu-ibu dan anaknya yang turut serta. Kami sempat pesan pop*mie dan kopi,
lumayan ‘anget-anget’. Setelahnya, kami dihadapkan dua pilihan; pasrah tetap berteduh tapi nggak puas atau
nekat menikmati momen sambil hujan-hujanan. And
you know…sebagai agen neptunus terpilih terkeren sepanjang masa pastinya
kami pilih pilihan kedua. Nekat foto-foto sambil gegerimisan di tepi pantai.
Cukup lama
kami foto-foto mencari momen di sekitaran pantai pasir putih yang tak terlalu
luas ini. Sambil mengamati sekeliling yang ternyata pantai ini memang memiliki
pesonanya tersendiri sebagai salah satu pantai yang mulai dilirik para
pelancong yang ingin mencari kedamaian di pantai-pantai Gunungkidul,
Yogyakarta. Kanan-kiri bibir pantai dibatasi oleh tebing bukit yang berceruk di
bagian bawahnya, lumayan untuk berteduh kala hujan maupun panas. Karakteristik pantainya
berbatu karang dan kurang cocok untuk mandi-mandi main air. Saat air surut di
sore hari, bibir pantainya semakin terlihat yang terdiri dari karang-karang.
Lumayan bisa foto-foto setelah nekat gegerimisan... Terimakasih kamera, remote dan tripod! | Dok. @ambrcwls |
Bahagianya yang akhirnya bisa main air pantai lagi... | Dok. @ambrcwls |
Your smile will always be my...tombo ngantuk, Dek... | Dok. @ambrcwls |
Bagi pecinta
camping tepi pantai, di sini menjadi alternatif yang cukup favorit. Lokasinya
yang cukup jauh dari jalan raya, dan tersedianya area landai berumput yang
sangat nyaman untuk mendirikan tenda menjadi alasan yang sangat masuk akal
untuk camping di sini. Satu yang harus diperhatikan bagi setiap pengunjung
maupun traveler yang mampir di sini sekedar singgah atau untuk camping, tolong
dijaga kebersihannya yaa. Bawa trash bag atau minimal kantong kresek untuk
membungkus sampahmu sendiri dan bawa pulang untuk membuangnya di tempat sampah
terdekat. Kami lihat di dekat pondokan memang ada tumpukan sampah di dalam
trash bag yang sepertinya dikelola oleh bapak dan ibu penjaga warung, tetapi
alangkah baiknya jika kita turut serta menjaga keasrian pantai ini agar kini dan nanti generasi kita dan selanjutnya tetap bisa menikmati "Pesona Surga di Panggang" ini.
Setuju nggak? Setuju dong?
Selepas dari
Pantai Wohkudu ini memang kami tak jadi ke Pantai Gesing tapi dapat bonus
pantai lain yang akan aku ceritakan di postingan berikutnya ya biar nggak kepanjangan…
Bonus! Muka klewus, rambut lepek dan jaket setengah basah tapi seru... | Dok. @ambrcwls |
PS. Postingan ini semoga menjadi trigger saya, come back dari hibernasi panjang nge-blog berbagi cerita-cerita mulai dari yang seru sampai yang ngaco…
Terimakasih infonya. Menjadi penngetahuan lebih saat memancing. Jangan lupa kunjungi kami juga ya https://bit.ly/2wQOcqr
ReplyDelete