Bisa dibuktikan kekuatan radar kami! |
Menulis
cerita berdasarkan lirik lagu ternyata bukan hal yang gampang. Terinspirasi
dari Recto-Verso-nya Mbak Dee, gue
belajar untuk menguraikan bait demi bait lirik lagu yang juga doi ciptain, ke
dalam sebuah alur narasi. Lagu ini sejak awal bulan lalu menjadi habitus yang
hampir tiap hari pasti gue sempetin untuk nge-play, PERAHU KERTAS.
Terserah
aja, paling juga nanti cuma dikomen alay lah, mendes lah, it’s no worries! Namanya juga belajar, agen neptunus
pun harus taat aturan dan mengaplikasikan longlife
learning skill yang sudah dipelajari di bangku pendidikan.
Perahu kertasku kan melaju, membawa
surat cinta bagimu
Denting
gitarku terdengar sumbang di telinga, mencoba memainkan sedikit demi sedikit chord-chord yang belum sepenuhnya aku
hapal. Aku sedang belajar. Malam ini harus bisa memberikan surprise buat kamu. Perahu
Kertas terus aku putar berulang-ulang di blekberi butut kesayangan. Satu per satu chord yang kumainkan mulai terdengar selaras walaupun sayangnya
untuk nada yang sama dengan Maudy Ayunda,
ketika kunyanyikan terdengar terlalu rendah. Tak apalah, itupun kemajuan
daripada suara cempreng gambreng gak
beraturan.
Hari
terasa begitu panjang, ditambah kuliah dari dosen bahasa yang suaranya begitu
meninabobokkan. Aku tertidur di kelas hampir satu jam. Hari ini banyak kegiatan
di kampus mulai dari rapat pleno, ke kantor redaksi pers mahasiswa, ketemu
dosen pembimbing dan diceramahin senior. Namun, pikiran tetap tertuju dengan
misi nanti malam. Aku harus bisa menyanyikan lagu itu untuk dia.
Perahu kertas mengingatkanku, betapa
ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati, kau
sahabatku sendiri
Aku
masih bermain mata di depan laptop silver
yang dari tanda-tandanya sudah hampir lowbat.
Sore ini aku di perpustakaan, mencari literatur tambahan untuk tugas bahasa
yang harus dikumpulkan besok. Bukannya masuk ruang koleksi, aku justru duduk
manis di meja baca sambil bikin postingan di blog. Lama berselang sampai
akhirnya tersadar tujuan awal ke perpustakaan. Gorys Keraf harus segera
kutemukan.
Aku
menelusur di rak 400, otak menerawang. Sepertinya sinkronisasi fisik dan otak
sedang cukup mengalami gangguan. Aku memikirkan hidup dengan segala
keajaibannya. Kamu percaya keajaiban? Kalau ditanya demikian, dengan cepat akan
kujawab “tidak!”. Aku percaya bahwa setiap kejadian yang terjadi dalam
perjalanan hidupku ini adalah buah dari apa yang telah aku perbuat di masa lalu.
Notre vie presente est le fruit de notre
activite passe. Sekecil apapun yang kita alami, sadar atau tidak, merupakan
refleksi dari apa yang telah kita lakukan.
Wujudkan lagi mimpi-mimpi (cinta-cinta),
cita-cita (cinta-cinta)
Yang lama kupendam sendiri
Berdua, ku bisa percaya
Zoon
politicon, aku tidak boleh egois karena semuanya tidak mungkin selalu
berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pertimbangan pada aspek-aspek dan
unsur-unsur lain di sekitar sangat mempengaruhi perkembanganku sebagai makhluk
sosial. Tapi, bukan berarti harus selalu dikendalikan oleh lingkungan. Ada
kalanya, aku harus lebih proaktif dalam menyikapi hidup.
Aku
bertemu dengan orang-orang hebat. Mereka pasangan mahasiswa berprestasi dari
fakultasku. Mereka menggambarkan tentang mimpi dan cita-cita, bahwa keduanya
amat penting dalam meraih masa depan. Punya mimpi berarti punya target hidup.
Punya cita-cita berarti harus punya effort
lebih untuk berusaha meraihnya. Sebenarnya bukan hal baru bagiku tentang
hal seperti ini, tapi selalu memiliki nilai lebih ketika mereka yang sudah
mengalaminya mau berbagi cerita denganku. Walaupun motivasi terefektif adalah
dari diri sendiri, tapi untuk membentuknya kadang butuh gambaran dan dorongan
dari orang lain.
Ku bahagia kau telah terlahir di
dunia
Dan kau ada di antara milyaran
manusia
Mencari
memang bukan hal yang mudah. Contohnya saja usahaku mencari literatur yang
tepat di perpus ui yang katanya bagus itu, susah banget. Ditambah lagi karena
memang penataan bukunya yang kurang sistematis. Akantetapi, ada hal yang harus
disyukuri dalam suatu pencarian. Adakalanya kita menemukan
alternatif-alternatif lain ketika mencari suatu literatur, mungkin saja itu
lebih relevan bagi kita. Aku pun tidak akan pernah tahu apakah suatu pilihan
tepat bagiku sampai aku mengaplikasikannya dalam hidup. Aku hanya bisa
memberikan pra-konsepsi terhadapnya.
Kamu
mungkin satu diantara milyaran manusia di dunia yang melenggang bebas di alam
pikiranku. Satu di antara milyaran manusia yang aku pilih untuk mengisi
sudut-sudut hati. Satu di antara milyaran manusia yang menjadi kepingan puzzle
kehidupan yang membuatku merasa sempurna dalam ketidaksempurnaan. Satu di
antara milyaran manusia yang aku harapkan menjadi masa depanku.
Tidak
ada yang terburuk atau terbaik, setiap fase yang kujalani adalah anugerah yang
memang harus bisa kujadikan pelajaran.
Dan ku bisa dengan radarku,
menemukanmu
Mimpi,
cita, cinta dan usaha. Setiap orang punya keunikannya masing-masing dalam hal
ini. Setiap orang pasti punya ceritanya sendiri. Aku bertaruh, setiap orang
pasti punya apa yang disebut mimpi. Mimpi, cita, dan cinta hanya bisa tercapai
dengan usaha yang tidak bisa tidak emang harus keras.
Aku
menemukanmu, terlalu aneh buatku istilah ini. Kesannya salah satu dari kita
punya peran yang lebih daripada yang lain. Pesan ini akan tiba padamu, entah
dengan cara apa. Bahasa yang kutahu kini hanyalah perasaan. Aku memandangimu
tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa
perlu hadir. Ini bertentangan dengan apa yang telah aku pelajari di kelas
filsafat. Tentang teori Martin Buber, I
and Thou. Aku tak peduli itu.
Aku
mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.
Tiada lagi yang mampu berdiri,
Halangi rasaku, cintaku padamu
Kini
semua berjalan dengan semestinya. Kau dan aku di jalan yang sama. Bukan, kita di jalur yang sama. Satu dek
berlayar mengarungi samudera kehidupan yang kita sama tahu, berat. Namun bukan
berarti kita tak akan mampu melewatinya. Kekuatan radar cinta kita mungkin tak
seberapa, tapi itu cukup kuat untuk kita bisa bertahan hidup. Nyalakan
sinyal-sinyal di antara dua hati. Biarkan tetap menyala dan beresonansi dalam
jangkauan frekuensi yang hanya kita dan Tuhan yang merasakannya.
Perahu
kertas kita akan tetap melaju. Dia mengantarkan pesan-pesan hidup kepada sang
Neptunus. Entahlah, yang aku percaya dia akan sampai di suatu tempat yang layak
ia singgahi. Perahu kita berlabuh di dermaga kehidupan. Nuansa senja dan jingga
begitu kental di ujung dermaga itu.
Aku
percaya, pesan ini akan sampai entah dengan cara apa. Pesan ini akan tiba
padamu suatu waktu. Akulah lautan yang akan memeluk erat pantaimu. Akulah
langit dengan beragam warna yang akan mengasihimu lewat beragam cara. Kamu
hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara.
Kini
aku pun tahu rahasia kecil kita berdua: aku tahu engkau tahu aku ada.
Jakarta – Jogjakarta, 8 Oktober 2012
My Deary, Desi Wulansari.
No comments:
Post a Comment