Monday, October 8, 2012

Kisah Dua Agen Neptunus

Bisa dibuktikan kekuatan radar kami!
Menulis cerita berdasarkan lirik lagu ternyata bukan hal yang gampang. Terinspirasi dari Recto-Verso-nya Mbak Dee, gue belajar untuk menguraikan bait demi bait lirik lagu yang juga doi ciptain, ke dalam sebuah alur narasi. Lagu ini sejak awal bulan lalu menjadi habitus yang hampir tiap hari pasti gue sempetin untuk nge-play, PERAHU KERTAS.

Terserah aja, paling juga nanti cuma dikomen alay lah, mendes lah, it’s no worries! Namanya juga belajar, agen neptunus pun harus taat aturan dan mengaplikasikan longlife learning skill yang sudah dipelajari di bangku pendidikan.

Perahu kertasku kan melaju, membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila, tapi ini adanya
Denting gitarku terdengar sumbang di telinga, mencoba memainkan sedikit demi sedikit chord-chord yang belum sepenuhnya aku hapal. Aku sedang belajar. Malam ini harus bisa memberikan surprise buat kamu. Perahu Kertas terus aku putar berulang-ulang di blekberi butut kesayangan. Satu per satu chord yang kumainkan mulai terdengar selaras walaupun sayangnya untuk nada yang sama dengan Maudy Ayunda, ketika kunyanyikan terdengar terlalu rendah. Tak apalah, itupun kemajuan daripada suara cempreng gambreng gak beraturan.

Hari terasa begitu panjang, ditambah kuliah dari dosen bahasa yang suaranya begitu meninabobokkan. Aku tertidur di kelas hampir satu jam. Hari ini banyak kegiatan di kampus mulai dari rapat pleno, ke kantor redaksi pers mahasiswa, ketemu dosen pembimbing dan diceramahin senior. Namun, pikiran tetap tertuju dengan misi nanti malam. Aku harus bisa menyanyikan lagu itu untuk dia.

Perahu kertas mengingatkanku, betapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri

Aku masih bermain mata di depan laptop silver yang dari tanda-tandanya sudah hampir lowbat. Sore ini aku di perpustakaan, mencari literatur tambahan untuk tugas bahasa yang harus dikumpulkan besok. Bukannya masuk ruang koleksi, aku justru duduk manis di meja baca sambil bikin postingan di blog. Lama berselang sampai akhirnya tersadar tujuan awal ke perpustakaan. Gorys Keraf harus segera kutemukan.

Aku menelusur di rak 400, otak menerawang. Sepertinya sinkronisasi fisik dan otak sedang cukup mengalami gangguan. Aku memikirkan hidup dengan segala keajaibannya. Kamu percaya keajaiban? Kalau ditanya demikian, dengan cepat akan kujawab “tidak!”. Aku percaya bahwa setiap kejadian yang terjadi dalam perjalanan hidupku ini adalah buah dari apa yang telah aku perbuat di masa lalu. Notre vie presente est le fruit de notre activite passe. Sekecil apapun yang kita alami, sadar atau tidak, merupakan refleksi dari apa yang telah kita lakukan.

Wujudkan lagi mimpi-mimpi (cinta-cinta), cita-cita (cinta-cinta)
Yang lama kupendam sendiri
Berdua, ku bisa percaya

Zoon politicon, aku tidak boleh egois karena semuanya tidak mungkin selalu berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pertimbangan pada aspek-aspek dan unsur-unsur lain di sekitar sangat mempengaruhi perkembanganku sebagai makhluk sosial. Tapi, bukan berarti harus selalu dikendalikan oleh lingkungan. Ada kalanya, aku harus lebih proaktif dalam menyikapi hidup.

Aku bertemu dengan orang-orang hebat. Mereka pasangan mahasiswa berprestasi dari fakultasku. Mereka menggambarkan tentang mimpi dan cita-cita, bahwa keduanya amat penting dalam meraih masa depan. Punya mimpi berarti punya target hidup. Punya cita-cita berarti harus punya effort lebih untuk berusaha meraihnya. Sebenarnya bukan hal baru bagiku tentang hal seperti ini, tapi selalu memiliki nilai lebih ketika mereka yang sudah mengalaminya mau berbagi cerita denganku. Walaupun motivasi terefektif adalah dari diri sendiri, tapi untuk membentuknya kadang butuh gambaran dan dorongan dari orang lain.

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia

Mencari memang bukan hal yang mudah. Contohnya saja usahaku mencari literatur yang tepat di perpus ui yang katanya bagus itu, susah banget. Ditambah lagi karena memang penataan bukunya yang kurang sistematis. Akantetapi, ada hal yang harus disyukuri dalam suatu pencarian. Adakalanya kita menemukan alternatif-alternatif lain ketika mencari suatu literatur, mungkin saja itu lebih relevan bagi kita. Aku pun tidak akan pernah tahu apakah suatu pilihan tepat bagiku sampai aku mengaplikasikannya dalam hidup. Aku hanya bisa memberikan pra-konsepsi terhadapnya.

Kamu mungkin satu diantara milyaran manusia di dunia yang melenggang bebas di alam pikiranku. Satu di antara milyaran manusia yang aku pilih untuk mengisi sudut-sudut hati. Satu di antara milyaran manusia yang menjadi kepingan puzzle kehidupan yang membuatku merasa sempurna dalam ketidaksempurnaan. Satu di antara milyaran manusia yang aku harapkan menjadi masa depanku.

Tidak ada yang terburuk atau terbaik, setiap fase yang kujalani adalah anugerah yang memang harus bisa kujadikan pelajaran.

Dan ku bisa dengan radarku, menemukanmu

Mimpi, cita, cinta dan usaha. Setiap orang punya keunikannya masing-masing dalam hal ini. Setiap orang pasti punya ceritanya sendiri. Aku bertaruh, setiap orang pasti punya apa yang disebut mimpi. Mimpi, cita, dan cinta hanya bisa tercapai dengan usaha yang tidak bisa tidak emang harus keras.

Aku menemukanmu, terlalu aneh buatku istilah ini. Kesannya salah satu dari kita punya peran yang lebih daripada yang lain. Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa. Bahasa yang kutahu kini hanyalah perasaan. Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Ini bertentangan dengan apa yang telah aku pelajari di kelas filsafat. Tentang teori Martin Buber, I and Thou. Aku tak peduli itu.

Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.

Tiada lagi yang mampu berdiri,
Halangi rasaku, cintaku padamu

Kini semua berjalan dengan semestinya. Kau dan aku di jalan yang sama.  Bukan, kita di jalur yang sama. Satu dek berlayar mengarungi samudera kehidupan yang kita sama tahu, berat. Namun bukan berarti kita tak akan mampu melewatinya. Kekuatan radar cinta kita mungkin tak seberapa, tapi itu cukup kuat untuk kita bisa bertahan hidup. Nyalakan sinyal-sinyal di antara dua hati. Biarkan tetap menyala dan beresonansi dalam jangkauan frekuensi yang hanya kita dan Tuhan yang merasakannya.

Perahu kertas kita akan tetap melaju. Dia mengantarkan pesan-pesan hidup kepada sang Neptunus. Entahlah, yang aku percaya dia akan sampai di suatu tempat yang layak ia singgahi. Perahu kita berlabuh di dermaga kehidupan. Nuansa senja dan jingga begitu kental di ujung dermaga itu.

Aku percaya, pesan ini akan sampai entah dengan cara apa. Pesan ini akan tiba padamu suatu waktu. Akulah lautan yang akan memeluk erat pantaimu. Akulah langit dengan beragam warna yang akan mengasihimu lewat beragam cara. Kamu hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara.

Kini aku pun tahu rahasia kecil kita berdua: aku tahu engkau tahu aku ada.

Jakarta – Jogjakarta, 8 Oktober 2012
My Deary, Desi Wulansari.

No comments:

Post a Comment