Monday, December 19, 2011

Memikirkan Mimpi yang...

MIMPI, sudah lama sepertinya tidak memikirkan mimpi-mimpi nih. Bukan karena saya tidak punya mimpi tapi lebih karena (mungkin) saya terlalu larut dalam mimpi itu sendiri. Maksudnya? Selalu deh benci kalo udah muncul pertanyaan gini. Kenapa sih orang selalu minta penjelasan terhadap apa yang kita bicarakan (atau) yang kita pikir? Tapi ya sudahlah, ini juga gunanya berargumentasi.

Masalah yang tadi nih, akhir-akhir ini saya (merasa) terlalu larut dalam mimpi itu sendiri tanpa memikirkannya. Bisa dikatakan juga 'terlalu memaksakan untuk menjadi apa yang ada di mimpi itu tanpa memikirkan cara untuk mewujudkannya'. Tragis. Miris. Ironis. Merasa bodoh? So pasti, kasarnya 'gue sih gak munafik buat sadar diri, daripada membohongi diri sendiri, kan?'. Akhir-akhir ini saya cuma berperan sebagai 'aktor' dalam mimpi sendiri. Tidak ada usaha untuk me-realisasi-kannya. Terlebih lagi, mimpi-mimpi itu mungkin hanya bayangan semu dan samar yang ada dalam negeri-negeri dongeng. Bodohnya aku...

Tapi, sekarang aku terbangun dari mimpi dan tidur panjangku. Semoga demikian. Aku mulai sadar, tidak ada mimpi yang bisa terwujud tanpa usaha dan 'kerja cerdas'. Sekarang, ketika dunia ini sudah kembali membangunkan bayangan-bayangansemu itu, justru aku sendiri merasa begitu kecil, lengah dan canggung. Aku tetap bersyukur, paling tidak 'aku sudah terbangun'. Mimpi-mimpi semu itu sudah tidak (akan) lagi menghantuiku.

Bismillah, dengan segala niat baik, semoga hari baru ini menjadai langkah baru hidup yang lebih baik pula. Masa lalu tetaplah jadi masa lalu. Aku bukan orang yang percaya bahwa masa lalu adalah gambaran masa depan kita. Masa depan adalah refleksi dari apa yang kita pikirkan saat ini dan kemauan kita untuk berusaha mewujudkannya di masa yang akan datang.

NB. Gue? labil maksimal, antara penggunaan Aku, Saya dan Gue, akhirnya semuanya dipake, (haha...)

No comments:

Post a Comment